Rafilus

Noura Publishing
Chapter #2

BAB 1: SEBATANG KARA

Rafilus telah mati dua kali. Kemarin dia mati. Hari ini, tanpa pernah hidup kembali, dia mati lagi. Padahal, semenjak bertemu dengan dia untuk kali pertama beberapa bulan lalu, saya mendapat kesan dia tidak akan mati. Andai kata tumbang, paling-paling dia hanya akan berkarat.

Tentu saja kesan saya salah. Tidak mungkin dia tidak akan mati. Meskipun demikian, hampir selamanya saya tidak dapat mengelak untuk berpen dapat, bahwa sosok tubuhnya tidak terbentuk dari daging, melainkan dari besi. Kulitnya hitam mengilat, seperti permukaan besi yang sering dipoles dan hampir tidak pernah berhenti digosok.

Beberapa minggu sebelum saya bertemu dengan dia, udara sudah panas seperti sekarang. Memang sudah beberapa bulan keadaan langit tidak seperti biasa. Tidak pernah musim kering begini panjang. Tanah banyak yang retak, tetumbuhan banyak yang loyo, dan sekian banyak kepompong enggan hidup.

Sumur banyak yang kehabisan air, sementara air leding sulit didapat. Beberapa bangunan terbakar tanpa sebab jelas, dan tanpa dapat dipadamkan segera. Di Yogyakarta, Semarang, dan Jakarta sudah terjadi kebakaran beberapa gedung yang tidak pernah diperkirakan akan terbakar.

Lebih kurang tiga hari sebelum saya bertemu dengan Rafi lus, seorang opas pos bernama Munandir datang ke rumah saya. Setelah mengutuk matahari, dia menyatakan sangat capai dan ingin beristirahat. Kemudian tanpa malu-malu dia minta minum air setrup dingin. Setelah minum dengan cara sangat rakus, barulah dia menyerahkan surat.

Lihat selengkapnya