Rafilus

Noura Publishing
Chapter #3

BAB 1: DI RUMAH JUMARUP

Mungkin saya tidak akan bertemu dengan Rafi lus seandainya Jumarup mempunyai sopan santun. Dia mengundang sekian banyak tamu, tapi pada waktu mereka datang, dia tidak ada. Di mana anak Jumarup dan seluruh keluarganya, juga tidak juga ada yang tahu. Semua tamu diserahkannya ke tangan sekian banyak pelayan, sementara semua pelayan mempunyai anggapan seluruh tamu pasti kelaparan. Sikap mereka menampakkan hasrat untuk cepat-cepat menumpahkan seluruh makanan ke dalam perut tamu. Dan dari sikap mereka tampak bahwa mereka disewa dari bermacam-macam rumah makan terkenal tanpa mengetahui di mana Jumarup.

Untung rumah Jumarup sangat besar, demikian juga pekarangannya. Di dalam rumah dan di pekarangan banyak tersebar patung besi, sangat sempurna, dan sangat tampak seperti manusia. Beberapa patung berdiri, beberapa duduk, dan beberapa berjongkok. Tidak jauh dari pohon beringin ada sebuah patung orang duduk.

Pada waktu mata saya menangkap Rafi lus, dia sedang mengamat-amati patung duduk itu. Saya yakin patung itu kokoh dan tidak mudah digoyang, tapi entah mengapa tampak goyah pada waktu Rafi lus menepuk-nepuk bahunya. Saya benar-benar tersengat oleh daya tariknya. Andai kata Jumarup tidak membiarkan tamu-tamunya, mungkin saya sedang bercakap-cakap dengan orang lain, dan saya tidak perlu berkeliaran mencari orang yang mungkin sudah saya kenal. Dan memang banyak tamu yang tidak saling mengenal. Bahkan siapa Jumarup pun banyak di antara mereka yang tidak tahu dan tidak sanggup menebak.

Tanpa saya tanya bagaimana pendapatnya mengenai Jumarup, dengan sikap bersahabat dia menyatakan kegeramannya terhadap Jumarup. Di banyak tempat, katanya, kamera-kamera Jumarup mengintip kebodohan para tamunya dan keserakahan mereka mencaplok makanan. Tamu yang mempunyai sedikit harga diri katanya, pasti merasa dimata-matai.

Lihat selengkapnya