Rafilus

Noura Publishing
Chapter #1

EXORDIUM

Para serdadu Kuda Troya pasti merasa berdebardebar pada waktu memasuki kota musuh. Mereka tahu benar apa yang harus mereka garap. Begitu malam turun, musuh bermabuk-mabukan dan kemudian tertidur dalam keadaan tidak waras, mereka harus turun dari kuda, membuka pintu kota, lalu membabat musuh. Mereka juga tahu tugas mereka, dan mereka mempunyai perhitungan bahwa mereka akan menang

Lepas dari apakah kita tahu rencana kita atau tidak, dan apakah rencana ini dapat kita laksanakan atau tidak, sering kita berdebar bagaikan serdadu Troya. Dalam kebosanan pun kadang-kadang kita masih berdebar, karena selamanya kita masih mempunyai harapan, betapa kecil pun harapan itu. Memperoleh rezeki, berjumpa dengan sahabat terkasih, lulus ujian kesehatan, dan lain-lain adalah riak-riak kecil yang dapat memberi kenikmatan

Tempo dalam kehidupan para serdadu Kuda Troya pada saat-saat menunggu malam tiba bisa saja lambat. Bagi mereka pada saat-saat itu waktu beku, seolah menolak untuk berkembang. Namun karena mereka tahu apa yang harus mereka laksanakan, tentunya mereka tidak merasa dipenjara oleh waktu. Mereka masih mempunyai debar-debar, yaitu debar mengenai apa yang akan terjadi. Selama kita masih mempunyai harapan, kita masih memiliki debar. Dalam keadaan demikian, tempo dalam kehidupan kita tidak pernah lambat.

Lepas dari siapa kawan dan siapa lawan, para serdadu Kuda Troya adalah pahlawan. Mereka menumpas musuh, dan berakhirlah sebuah perang panjang. Seseorang yang dungu pun, mungkin masih dapat dikategorikan sebagai pahlawan.

Pada 1950-an, lebih kurang dua kilometer dari Siti Hinggil Yogyakarta, ada seorang penjaga kantor yang pantas dianggap sebagai pahlawan. Menurut ceritanya sendiri, semenjak muda memang dia sudah menjadi penjaga di kantor di situ. Dan dia sangat menikmati pekerjaannya

Mulai pukul setengah tujuh pagi kurang sedikit sampai dengan pukul setengah tiga sore lebih sedikit, dia selalu berada di kantor. Begitu datang dia duduk di bagian depan kantor, dan begitu semua orang pulang dia ikut pulang. Selain itu, dia tidak berbuat apa-apa kecuali berdeham-deham, batukbatuk kecil, atau berjalan-jalan sebentar di sekitar kursinya. Urusan menjaga malam, membersihkan kantor, menerima tamu, dan lain-lain bukan urusan dia. Pekerjaannya hanyalah menjaga kantor selama jam kerja. 

Tentu saja tidak mungkin dia duduk berjam-jam, berdeham-deham, batuk-batuk kecil, dan berjalanjalan sebentar di sekitar kursinya mulai dari pukul setengah tujuh pagi kurang sedikit sampai dengan pukul setengah tiga sore lebih sedikit. Nalurinya mendorong dia untuk melakukan perbuatanperbuatan lain. Dan perbuatan-perbuatan itu adalah menggosok-gosok sandalnya, mengelus-elus jenggotnya, menggoyang-goyangkan kakinya sambil mengamat-amati celananya, dan sekali tempo menghantam-hantamkan tinju ke pahanya.

Kadang-kadang orang lain merasa kasihan kepada dia, dan karena itu berusaha memberinya kesibukan lain dengan memberi sedikit upah. Mereka menyuruh dia membeli rokok, menyemir sepatu, atau mengantarkan minuman. Tapi dia merasa pekerjaan-pekerjaan tambahan itu bukan pekerjaannya, dan karena itu dia cenderung menolak. Memang di kantor itu ada pesuruh, sementara dia bukan pesuruh. 

Lihat selengkapnya