Gadis berbalut mukena warna hijau army memandang indahnya lembayung di langit. Hari libur yang di gunakan untuk merenung, seharian tidak keluar kamar apabila tidak di panggil oleh adik atau ibu. Memanfaatkan waktu luang, yang biasanya tanggal merah selalu saja kebagian masuk dinas. Sengaja habis shalat ashat tidak langsung melipat mukena tetapi dilanjut dengan membaca surah Al-Waqiah sembari menunggu magrib. Sudah menjadi kebiasaan di sela kesibukan selalu menyalipkan membaca surah Al-Waqiah setelah shalat subuh dan shalat ashar. Begitu banyak keuntungan dari rutin membaca surah tersebut salah satunya terdapat dalam sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Muslim.
Bagi orang yang rajin membaca Surat Al Waqiah, maka orang tersebut akan mendapatkan syafaat di hari kiamat yang sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Muslim. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang merindukan surga dan sifatnya, maka bacalah surat Al-Waqi’ah; dan barangsiapa yang ingin melihat sifat neraka, maka bacalah surat As-Sajadah.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).
Gadis berumur mendekati 25 tahun yang sudah seharusnya membina rumah tangga. Pertanyaan 'kapan nikah?' sudah menjadi angin lalu. Di dalam keluarga besarnya hampir seluruh anggota keluarga menikah di umur 22 tahun - 25 tahun. Tak heran setiap kumpul keluarga selalu di tanya 'sudah ada calon belum? Sini bawa kenalin!'.
Lelah dengan pernyataan seperti itu, hingga trauma untuk ikut dalam kumpul keluarga besar. Bukan tak mau untuk menjalani kehidupan rumah tangga, tetapi calon pendampingnya belum nampak. Beberapa kali di khianati menjadikan dirinya pasrah pada sang sutradara kehidupan. Bukan tak mau mencari, namun lebih tepatnya memantaskan diri.
Jodoh merupakan cerminan diri, apabila ingin mendapatkan jodoh yang baik maka diri kita harus lebih baik. Tercantum dalam Q.S. An Nur ayat 26: “Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik”. (QS. An Nur:26)
Memantaskan diri adalah cara yang terbaik agar kelak mendapatkan pasangan yang baik pula. Seperti Nisa, biasa di panggil sedang memunajat di setiap sujudnya agar kelak mendapatkan pendamping yang dapat membawanya ke surgaNya. Berkali-kali di khianati sudah ia jadikan pelajaran, saat ini Nisa ingin mencari yang serius untuk membangun rumah di surga. Bukan mengumbar janji semata setelahnya lenyap di telan bumi.
Alfanisa Hasya Nugraha, merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Ia mempunyai adik bernama Adisti Jelita Nugraha. Hanya ayah yang paling ganteng di rumah, kesehariannya selalu di kelilinggi 3 bidadari.
"Bagaimana sudah ada calon belum?" tanya Adnan Nugraha—ayah Nisa.
"Ck! Capek Nisa di tanyain mulu, tunggu Allah yang ngasih saja, Yah!" Nisa berdecak saat pertanyaan itu terlontar dari mulut ayah. Telinga Nisa lelah mendengarkan pertanyaan yang berulang-ulang dan Nisa sendiri tak tahu jawabannya.
"Eh, yang sopan sama orang tua!" Tegur Yara—ibu Nisa
"Bentar lagi seperempat abad, Teh!" sahut Disti—adik Nisa yang ikut nimbrung di ruang keluarga.
"Berisik, De, jangan memperpanas suasana!" Timpal Nisa kesao dengan adiknua yang selalu ikut memojokkan.
"Lagian sampe sekarang belum ada tuh cowok ke rumah minta restu ke ayah," sarkas Disti, Nisa langsung bungkam.
Benar kata Disti hingga detik ini 1 bulan menjelang berkurang umur di dunia belum ada satu lelaki yang datang minta restu pada ayah. Nisa tak bergeming, menatap layar televisi dengan tatapan kosong.
"Apakah aku tak layak untuk bahagia seperti orang lain?" tanya dalam hati.