Rahasia Antara Aku dan Kakak Ipar

Farasha
Chapter #3

3. Pertunangan

Akhirnya aku pun luluh saat tiba-tiba Kak Gibran beberapa kali menemuiku di kampus, dua bulan berlalu kujalani hubungan bersama Kak Gibran. Namun tiba-tiba perasaan bersalah terhadap Kak Rendy tiba-tiba menguasai hati dan pikiran. Bukankah aku sangat egois karena takut kehilangan keduanya? Bagaimana mungkin aku menjalani 2 hubungan sekaligus? Dua laki-laki dengan kelebihan berbeda yang membuatku takluk. Aku memang mencintai Kak Gibran tetapi di sudut hatiku terdalam selalu mendamba Kak Rendy yang selalu menemaniku.

Sembari mereda sesak di dada sekaligus menahan laju air mata yang hampir tumpah kutulis deretan kalimat panjang untuk mengakhiri semuanya. Ya, semua ini harus diakhiri sebelum luka yang lebih dalam lagi tercipta.

"Kak Gibran aku minta maaf. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita ini. Apa yang kita lakukan adalah salah. Sudah cukup keegoisan ku. Aku ingin menjalin hubungan tanpa melukai hati orang lain, aku yakin tak lama lagi Kakak akan menemukan seorang perempuan yang jauh lebih baik dariku. I will always miss u!"

Tangisku pecah seketika setelah tanda centang 2 berubah menjadi warna biru, menandakan bahwa pesan yang kukirim kepada Kak Gibran telah terbaca olehnya. Kudekap bantal dengan erat mencoba meredam sesak yang semakin merajam di dada seraya menyakinkan hati bahwa ini adalah keputusan yang terbaik.

***


Tak terasa delapan purnama telah berlalu, akhirnya aku bisa berdamai dengan hatiku, tak ada lagi rasa bimbang meskipun terkadang rindu itu masih hadir tanpa kuundang. Ternyata dengan memaafkan aku mendapatkan cinta baru. Dengan bismillah kubuka lembaran baru bersama Kak Rendy. Laki-laki yang selalu memberikan tatapan teduh penuh cinta.

"Dek bantu Ibu menyiapkan semua kebutuhan untuk acara lamaran Kak Lyla ya?" ujar ibu yang seketika membuatku terkejut. Untuk beberapa detik aku tertegun sebelum menanggapi tawaran ibu.

"Loh kok tiba-tiba aja? Emang Kakak udah punya calon? Kok aku nggak tau Bu?" Cecarku dengan rasa penasaran. Siapa sosok yang akan menjadi kakak iparnya kelak?

"Iya dua hari lalu pacar Kakak kamu datang ke rumah, meminta izin kepada Ibu dan Ayah untuk melamar kakak kamu," terang ibu lalu memelukku dengan erat, terlihat jelas rona bahagia terpancar di wajah perempuan yang telah melahirkan aku tersebut.

"Ayah dan Ibu setuju, kami yakin dia laki-laki baik, insyallah kakak kamu bahagia bersamanya," sambung ibu dengan antusis menceritakan tentang calon suami Kakak yang katanya ganteng, dewasa, dan mapan.

"Aamiin," ucapku dengan perasaan haru melihat ibu yang terlihat sangat bahagia.

Lihat selengkapnya