Rahasia dan Semesta Angella

Jenny C Blom
Chapter #1

Malaikat

Malam itu aku terbangun ketika mendengar suara ketukan di jendela kamarku. Ketukan yang terdengar cukup keras dan tak ada sela. Mungkin cukup keras untuk membangunkan Mama dan Papa yang sedang tidur dikamar mereka.

Tapi pada kenyataannya hanya aku yang terjaga. Ketukan itu baru berhenti ketika aku bangun dan memandang ke arah asal suara tadi. Kaca jendela itu tertutup tirai sehingga aku tidak bisa melihat siapa yang mengetuk. Atau mungkin, bukan siapa atau bisa dibilang apa yang tadi mengetuk kaca jendelaku dengan sangat keras ditengah malam buta.

Pikiran itu tak lantas membuatku merinding meski aku tengah berada di kamar yang gelap gulita yang sekarang terasa begitu hening. Hanya terdengar detak jarum jam diatas lemari. Aku berdiri lalu berjalan menuju jendela dengan rasa penasaran. Rasa kantukku telah hilang karena rasa sebal karena ada yang berusaha menakutiku. Menakutiku ? Aku hanya tertawa dalam hati.

Konyol !

Kubuka tirai jendela kamarku yang berwarna cokelat dan terbuat dari kain sutera itu sambil melebarkan mataku. Tidak ada siapa - siapa. Aku mendekatkan wajahku ke kaca jendela sambil menyipitkan mata, mencari sosok yang mungkin tadi sudah berhasil membangunkanku dari tidurku yang lelap. Diluar hanya terlihat banyak tanaman yang tumbuh dan lampu bulat ditaman yang memberikan cahaya cukup terang disekelilingnya. Tidak ada apa pun yang mencurigakan disana.

Dibayanganku tadi bakal ada wanita berambut panjang, berpakaian putih dan bermuka buruk yang berteriak di depan kaca.

Awas saja kalau dia berani ! Paling benci kalau aku tidak merasa ganggu tapi ada yang mengangguku. Mau makhluk apa pun itu.

Aku menarik nafas kesal. Tidak ada hal aneh yang kulihat. Kutarik tirai hendak menutupnya lagi ketika kulihat setitik cahaya putih berpendar dari arah kebun. Kutempelkan lagi mukaku kekaca. Ya. Itu memang cahaya yang aneh. Cahaya yang semakin terang. Bermula dari setitik hingga semakin lama semakin tampak besar.

Aku mundur selangkah ketika mendengar suara itu. Bulu kudukku tiba - tiba merinding.

"Angella...,"

suara itu agak berat tapi terdengar jelas ditelingaku. Seolah dia ada di ruanganku. Aku memandang sekeliling kamar dengan gelisah. Tidak ada siapa pun. Yang kulihat hanya cahaya itu diluar.

Dengan kesal, aku berjalan cepat menuju pintu kamar dan terburu - buru menuju cahaya di kebun yang kurasa sudah mengangguku itu. Tanpa alas kaki, aku keluar rumah. Tidak ada yang tahu aku berjalan keluar ditengah malam menuju kebun milik keluargaku yang letaknya tak jauh dari rumahku.

Aku mendekati cahaya itu dan tertegun ketika sudah berada di depan cahaya putih yang berkilau terang itu. Sesosok manusia yang dikelilingi cahaya sedang berdiri dibawah pohon Jambu air yang tumbuh di kebunku.

Lihat selengkapnya