Thomas Lynch memandang kipas yang berputar di langit-langit. Bergumam pada seseorang yang berbaring di sampingnya. "Ayahku selalu bilang, aku tak akan bisa jadi pengacara. 'Kau terlalu lembek untuk bisa berdiri melawan seratus orang.'"
Kipas itu berderit setiap putaran.
“Mati-matian aku berusaha untuk jadi pengacara kota ini. Kau tahu apa yang kemudian Ayah katakan? Malam itu di rumah sakit aku terbangun dan menemukan Ayah sedang mengamatiku.”
Thomas menoleh dan mendapati gadis elf di sampingnya ternyata sudah terlelap. Dengkuran halus keluar dari bibirnya yang tipis, kulit sepucat susu, dengan rambut pirang jerami, dan telinga runcing.
“Katanya, ‘Kenapa kau melakukan hal yang tak benar-benar kau inginkan?’”
Mendengus, Thomas tersenyum sendiri. Membetulkan posisi selimut si gadis elf, perlahan ia turun dari tempat tidur dan mematut diri di hadapan cermin.
Ia berumur dua puluh delapan tahun. Tinggi, berbahu lebar, kumis tipis, cambang panjang, dan rambut ikal sehitam batu bara. Ia memakai cravat sewarna dengan matanya yang biru cemerlang.