Rahasia Elf

Yan Arya
Chapter #3

Lonceng

Ketika terbangun keesokan harinya, kepala Thomas seperti dipukul-pukul. Suara gaduh membangunkannya. Di jalan kuda-kuda berderap seperti di kepalanya. Dari kejauhan, dentang lonceng Biara Westminster bergema di dalam kepalanya.

Thomas memaksa diri membuka mata dan turun dari tempat tidurnya yang bergaya barok untuk melihat apa yang terjadi. Dengan ingatan samar-samar mengenai bagaimana setelan jas dan sepasang sepatu masih menempel di tubuhnya. 

Thomas memaksa dirinya ke jendela dan membukanya. Orang-orang dan polisi-polisi berkuda hilir mudik di Fleet Street.

“Ada apa?” tanyanya pada Mrs Harriet, tetangganya, yang mengamati tiap polisi berkuda yang melintas.

Mrs Harriet hanya mengangkat bahunya. "Mungkin para elf."

Di saat bersamaan telepon berdering dari lantai satu. Thomas menutup jendela dan menuruni tangga. Lantai bawah berisi ruang kerja Thomas dan dapur. Ruang kerja Thomas berlantai kayu berlapis karpet, kertas dinding dengan motif floral, dan perabot dari kayu mahogani dan rosewood.

“Selamat pagi Putri Tidur," kata suara berat dan dalam di ujung sana. "Apa aku mengganggumu?"

"Ini hari minggu, Henry. Apa aku tidak boleh menikmati hari liburku?" kata Thomas. Suara di luar semakin gaduh. "Ada kejadian apa di luar sana?"

"Ini yang aku mau bicarakan padamu. Aku pergi ke sana sekarang."

Sepuluh menit kemudian Thomas membukakan pintu untuk seorang pria berumur lima puluhan. Henry Hayward adalah seorang pria yang membangkitkan rasa hormat. Berkumis melingkar dan berjanggut rapih serasi dengan rambutnya yang hitam mengkilat. Henry memakai monokel, kacamata satu lensa dan cravat merah marun.

"Bagus kau sudah siap," katanya, mengomentari Thomas berjas dan bersepatu.

“Siap kemana?" kata Thomas. Henry tak tahu kalau ia sudah siap sejak bangun tidur. "Kau tak mau masuk?”

“Kau yang masuk,” kata Henry, menunjuk kereta kuda miliknya di belakang dengan seorang kusir elf. "Kita akan pergi ke biara."

"Biara? Kau bercanda kan?" kata Thomas, tapi wajah Henry tetap datar. 

"Baumu seperti elf," Henry mengibas udara di depan hidungnya, "tapi sebaiknya kita jalan sekarang."

Thomas dan Henry duduk berhadapan di dalam kereta. Henry mengetuk atap kereta meminta Glanis, kusir elfnya, untuk lebih cepat.

Semakin mendekati biara lebih banyak lagi orang yang lalu lalang. Jalanan London selalu sibuk tapi tak setiap hari kau melihat orang sebanyak ini di jalan.

Lihat selengkapnya