Dengan langkah riang, Tania masuk ke ruang kerjanya. Walaupun Senin biasanya identik dengan kesuraman karena harus kembali bekerja, tapi hal itu tidak berlaku bagi Tania.
Setibanya di meja kerjanya, Tania tersenyum lebar. Dugaannya benar, Keyra pasti sudah tiba di kantor terlebih dahulu karena sahabatnya itu memang ada jadwal siaran pagi. Keyra menyumpal kedua telinganya dengan earphone sehingga ia tidak menyadari kedatangan Tania. Iseng, Tania mengagetkan Keyra dengan menepuk bahu Keyra secara tiba-tiba.
“Heh!” Suara cempreng Tania dan tepukannya di bahu Keyra membuat wanita itu tersentak kaget. Segera Keyra melepaskan earphone dan memelototi Tania.
“Gila, lo! Pengin gue mati muda gara-gara serangan jantung, ya?” Keyra langsung sebal dengan tingkah laku sahabatnya.
Tania terkekeh. “Maaf, deh. Lagian, asyik banget dengerin lagunya sampai nggak sadar gue datang. Emangnya gue tembus pandang, ya, nggak kelihatan?”
Keyra tidak mengacuhkan ucapan Tania. Ia sudah akan menyumpal telinganya kembali dengan earphone saat Tania mengeluarkan satu kotak Ferrero Rocher dari tas jinjingnya dan meletakkannya di depan Keyra. Kontan Keyra menatap Tania dengan heran. Tumben si Pelit ini mau bagi-bagi Ferrero Rocher.
“Apaan, nih?”
“Ferrero Rocher. Cokelat. Baru lihat pertama kali, ya?”
“Ih .... Anak kecil juga tahu ini Ferrero Rocher. Maksud gue, tumben lo ngasih gue cokelat? Biasanya pelit.”
Tania membuka tasnya lagi dan mengaduk-aduk isinya mencari sesuatu. Kemudian, tangannya mengeluarkan sticky note biru yang sedikit lecek ujungnya. “Tuh. Biar nggak bete lagi katanya.”
Keyra membaca sticky note biru tersebut. Terlihat tulisan rapi dengan tinta hitam.
It’s Monday, girl! Semangat untuk hari ini and ... cheer up!
—Petra
Keyra menimang-nimang cokelat pemberian Petra itu dengan senyuman lebar. Bagi seorang pencinta cokelat seperti Keyra, diberi sekotak Ferrero Rocher tentu bisa membangkitkan mood-nya.
“Sampaikan terima kasih gue ke Petra, ya, Tan! Gue mau siaran dulu,” kata Keyra sambil nyengir lebar.
Tania hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sahabatnya yang langsung ngacir ke ruang siaran itu.
Tidak butuh waktu lama untuk Keyra bersiap-siap siaran SeGi alias Selamat Pagi bersama penyiar lain bernama Mario. Duo ribut ini memang selalu siaran SeGi setiap Senin sampai Jumat mulai pukul tujuh sampai sepuluh pagi. Pada acara SeGi, mereka sering memberikan beberapa tip, berbagi cerita, banyolan garing, dan tentunya memutar lagu untuk para Kawan Muda, pendengar setia Radio Muda, yang sedang mendengarkan mereka. Keceriaan dan kegilaan mereka pada pagi hari akan membuat para Kawan Muda bersemangat untuk memulai hari mereka.
Axel keluar dari lift dan berjalan menuju ruangannya. Langit cerah Jakarta tidak bisa membuat pria satu ini tersenyum. Panasnya udara Jakarta juga membuat hati Axel semakin panas. Jalanan Jakarta yang barusan ia lalui, sukses membuat suasana hatinya berantakan.
Apalagi, melihat tempelan sticky note berbagai warna di pinggiran komputernya yang rasanya tidak berkurang dari minggu ke minggu. Yang kuning bertuliskan “Deadline artikel tentang Band Indie: 20 April”. Yang hijau bertuliskan “Meeting bareng Dika: 21 April”. Yang biru bertuliskan “Lunch bareng Wendy: 19 April”. Yang kuning satu lagi bertuliskan “Wawancara PENTING: 22 April”. Dan, berbagai jadwal lainnya.
Melihat jadwal pekerjaannya yang padat, Axel semakin lesu. Pekerjaan yang menggunung itu datang pada saat yang tidak tepat. Karena akhir-akhir ini pikirannya sedang kacau balau.
Dengan malas, Axel menyalakan komputernya dan langsung sign-in Skype. Terlihat teman-teman sekantornya, baik sekretaris maupun jurnalis lainnya, juga sudah online.
Tiiing! Tiiing!
Axel membuka message dari Revan. Revan mengiriminya sebuah tautan live streaming Radio Muda 93.2 FM dengan tambahan pesan:
Daripada muka lo lecek begitu mendingan dengerin ini.
Mungkin Revan benar, mendengarkan lagu bisa menenangkan hati Axel. Tanpa mengacuhkan pesan Revan, Axel menggunakan earphone untuk mendengarkan siaran radio tersebut. Sembari membaca beberapa baris artikel yang sudah ia buat, Axel mendengarkan suara riang kedua penyiar tersebut.
“Choco, lo punya kejadian konyol di jalan raya, nggak?”
“Ada! Waktu itu gue lagi nyetir di salah satu daerah di Jakarta. Saat itu jalanan macet banget dan ada pengendara motor nyempil di samping kanan gue. Berhubung mobil depan gue udah maju, ya, perlahan gue maju. Bener nggak, sih?”
“Bener, dong! Kan, jatah lo juga.”
“Tapi, pas gue maju, masa tiba-tiba si pengendara motor itu nyuruh gue buat mundurin mobil. Gue langsung kebingungan, tapi kemudian pengendara motor itu bilang kalau kaki kirinya terlindas ban depan mobil gue.”
Lantas kedua penyiar yang menjuluki dirinya sebagai Choco dan Bros itu tertawa terpingkal-pingkal. Membuat Axel ikut terkekeh pelan. Suara manis Choco benar-benar terdengar riang saat menceritakan kejadian di jalan raya itu.
Akhir-akhir ini Radio Muda memang mulai naik daun karena ide-ide kreatif dalam acara yang disajikan dan keseruan penyiar-penyiarnya. Mengingat-ingat tentang Radio Muda, tiba-tiba mata Axel menangkap kertas sticky note biru yang tertempel di pinggiran komputernya. Dalam kertas itu tertulis “Ketemu Mas Budi dari Radio Muda. ASAP!”.
Axel mendesah pelan. Satu tugas lagi belum dikerjakan. Tapi, karena hari ini masih banyak pekerjaan lain yang harus ia selesaikan, Axel memutuskan untuk membuat janji temu terlebih dahulu untuk esok hari.
***
“Keyra!” panggil Mas Budi, seorang pria berumur lebih kurang 35 tahun dengan tubuh sedikit pendek dan gendut. Pria yang ditakuti oleh seluruh penghuni Radio Muda ini adalah pemimpin dan sekaligus pemilik Radio Muda.
Melihat Mas Budi berjalan tergopoh-gopoh ke arah Keyra, wanita itu mendapat firasat buruk. Jangan-jangan sewaktu siaran tadi ia melakukan kesalahan. Mas Budi memang suka mengkritik para penyiar dengan sangat pedas. Saat melihat Mas Budi mendekati mereka, Mario yang berdiri di samping Keyra langsung melenggang pergi. Sempat Keyra melihat Mario mengedipkan sebelah matanya.
Dasar nggak setia kawan! umpat Keyra dalam hati.