Berry menatap pintu gerbang yang perlahanlahan mulai terbuka. Dia sudah tak sabar ingin cepat-cepat bertemu Nenek Piju. Tapi, kejutan pertama telah menantinya. Dari kejauhan, dia melihat menara kembar yang menjulang dengan megah. Beberapa saat kemudian, mobil itu berhenti di depan bangunan tua yang sangat indah. Rumah Nenek Piju ternyata sebuah kastil kuno dengan dua menara di bagian kanan kirinya.
“Selamat datang, Nona Berry!” sapa seorang pelayan wanita yang dengan sigap membukakan pintu.
Berry turun sambil menatap kastil di depannya dengan takjub, “Wow, benarkah ini rumah Nenek Piju?” Mata Berry berbinar-binar.
Pelayan itu mengangguk, “Silakan ikuti saya. Akan saya tunjukkan kamar Nona!”
Berry lalu memasuki ruang tamu kastil yang dipenuhi perabotan antik. Ada seperangkat kursi, meja, almari, juga beberapa benda lainnya. Permadani tebal dan indah melapisi lantainya. Saat memandang ke atas, dia melihat sebuah lampu gantung yang sangat besar. Tampak pula beberapa lukisan yang menghiasi dinding. Benarbenar ruangan yang mewah, berbeda sekali dengan ruang tamu di rumahnya dulu.
“Di mana Nenek Piju?” tanya Berry sambil berlari mengejar pelayan yang sudah berjalan meninggalkannya.
“Nyonya belum pulang,” jawab pelayan itu singkat.
“Yaaah ...,” Berry tampak kecewa. “Padahal, aku sudah ingin bertemu dengannya.”
Mereka kemudian menyusuri lorong tanpa berkata apa-apa.
“Nah, ini kamar Nona!” Pelayan itu berdiri di depan sebuah pintu berwarna cokelat tua yang pegangan pintunya berukir-ukir.
Kening Berry mengeryit. Dia teringat kamarnya dulu yang pintunya berwarna kuning cerah dengan hiasan-hiasan lucu yang sengaja dia tempel.
Dengan perasaan ingin tahu, Berry mengikuti pelayan itu masuk. Napasnya langsung tersentak karena kaget. Kamar itu sangat luas dan langitlangitnya begitu tinggi. Saking luasnya sampai bisa memuat tempat tidur dengan empat tiang yang cukup untuk beberapa orang, almari besar, kursi, dan meja. Di ujung tempat tidur, ada sebuah kotak panjang yang Berry tidak tahu apa gunanya. Terdapat sebuah pintu lain yang lagilagi berwarna cokelat tua.
“Itu pintu ke mana?” tanya Berry kemudian.
Tanpa berkata apa-apa, pelayan itu berjalan mendekat, lalu membuka pintu yang ditunjuk Berry. Mulut Berry menganga. Pintu itu ternyata menuju kamar mandi mewah yang semuanya berwarna keemasan.
“Itu tempat aku mandi bukan?” tanya Berry sambil menunjuk bathup berbentuk bulat yang ada di bagian ujung.