“Via.....Via.....Olivia!”
Suara Bunda menggema di seluruh ruangan. Seperti itulah jika Bunda memanggil Olivia, lantang dan keras. Tak ada kelembutan pada nada suaranya. Dan Olivia selalu menutup kedua telinganya, rasanya Olivia tak ingin mendengarnya. Berbeda dengan Olive, Olive saudara kembar Olivia. Olivia dan Olive sangat mirip, hampir tak bisa dibedakan. Tapi otak dan sikap Olive berbeda dengan Olivia. Olive sangat pintar dan pandai mengambil hati Bunda. Dari SD hingga sekarang duduk di bangku SMU, Olive selalu menjadi juara kelas. Bunda sangat bangga dengannya. Berbeda dengan Olivia. Olivia tak sepintar Olive. Nilai Akademisnya tidak buruk tapi jauh di bawah Olive. Mungkin itu yang membuat Bunda memperlakukannya berbeda dengan Olive.
“Via.....!!”
Brak...
Dengan kasar pintu kamar Via terbuka dan sosok yang Via takuti berdiri dibalik pintu dengan wajah diliputi kemarahan. Via yang tak mengetahui kesalahannya hanya duduk terdiam di kursi meja belajarnya. Mencoba menahan rasa takutnya.
“Sedang apa kamu?!” Bunda berkata sambil melangkahkan kakinya mendekati Via.
“Mengerjakan tugas Bun.” Jawab Via dengan suara sangat lirih. Membuat Bunda semakin murka.
“Kamu lupa pesan Bunda tadi?!”
“Jangan banyak alasan!” Hardik Bunda sambil menarik lengan Via dengan kasar.
Via yang tak ingin membuat Bunda semakin marah, hanya bisa diam dan menurut saja. Sebenarnya Via memang tak tau kesalahan apa yang sudah ia perbuat. Semua yang Bunda pesan sebelum pergi, sudah Via kerjakan. Bahkan tugas yang seharusnya Ve kerjakan, sudah Via kerjakan juga. Karena Ve sedang banyak tugas, hingga Via dengan ihklas menolong Ve. Kebetulan Via tidak sedang banyak tugas.
“Lihat itu!!” Bunda menunjuk tumpukan baju kotor di keranjang cucian. Via terdiam, bukan karena lupa atau malas. Tapi Via memang tidak diberi pesan untuk mencuci baju. Via memandang Ve yang berdiri mematung di dekat pintu. Dengan wajah pucat dan takut Ve memandang Via. Mulutnya mengatakan kata maaf tanpa mengeluarkan suara. Via hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. Memang seperti biasa, Via selalu menanggung kesalahan Ve.
“Maaf Bunda, Via lupa.” Via berkata lirih dan tanpa banyak kata Via segera mengerjakan apa yang diperintahkan.
Sebenarnya tugas mencuci baju hari ini adalah tugas Ve dan Bunda memang berpesan pada Ve. Namun Ve lupa memberi tau Via. Dan ketika Bunda marah, Ve mengatakan jika itu tugas Via. Ve memang selalu melemparkan kesalahannya pada Via. Terkadang Via sangat kesal dengan kelakuan Ve. Via merasa Ve sangat jahat padanya. Pernah suatu ketika Via mengatakan yang sebenarnya pada Bunda, bahwa kesalahan yang membuat Bunda marah bukan kesalahan Via. Tapi Bunda tidak percaya dengan Via, Bunda lebih percaya pada Ve.
Via bergegas menghampiri Ve di kamarnya setelah menyelesaikan tugas yang sebenarnya bukan tugas dan kesalahannya. Dengan hati kesal dan marah, Via membuka pintu kamar Ve. Ve yang sedang serius mengerjakan tugas-tugasnya, tersentak melihat kedatangan Via.
“Ve...., kenapa kamu bilang ke Bunda itu tugas aku?!” Tanya Via.
“Maaf Via, aku takut Bunda marah.” Jawab Ve lemah sambil menatap Via dengan tatapan penyesalan seperti biasa yang Ve lakukan.