Rahasia Perpustakaan Magenta

Lukita Foggy
Chapter #4

Petualangan Segera Dimulai

Oxa tertegun sejenak. Kucing gemuk berwarna kuning itu—Pompei— memang bisa bicara. Sungguh, ia tidak sepenuhnya percaya walaupun sudah mendengarnya langsung. Sebagian dari dirinya masih merasa ini semua lelucon aneh, tapi kenyataan terus menunjukkan hal-hal ajaib yang tak bisa ia abaikan. Ragnara berdiri di sampingnya, lucunya, ia tidak tampak sama sekali terkejut.

“Apa maksudnya perjalanan kita akan segera dimulai?” Ragnara malah bertanya ke arah si kucing kuning, menatap Pompei dengan sorot mata menuntut jawaban. “Daritadi bicaramu aneh betul. Oh, ya, temanku Oxa ini datang dari dimensi waktu yang berbeda.” Ragnara mengedik ke arah Oxa yang masih bengong. Gadis dengan rambut digerai sebahu, dan mata sipit seperti bulan sabit itu seolah bingung harus bicara apa.

Pompei hanya menatap balik dengan matanya yang tajam ke arah Oxa, lalu mengibaskan ekornya malas-malasan. “Aku tahu siapa dia.” Ia kembali berdiri dengan anggun. "Perpustakaan Magenta ini tidak hanya tempat menyimpan buku-buku kosong. Kalian berdua telah dipilih untuk menjelajahi waktu dan menemukan kebenaran."

“Dipilih?” Oxa bersuara lirih, masih terlihat sedikit bingung, ia mencoba menguasai gemetar di balik suaranya. Tapi Oxa ini, terlihat lebih pemberani dibanding Ragnara. Mungkin karena ia —meskipun masih remaja— sudah mendalami profesi sebagai penulis, dan mengalami banyak hal di hidupnya.

Pompei melompat turun dari rak buku, berjalan perlahan mendekati meja bundar di mana Oxa sebelumnya menemukan buku aneh itu. Kucing itu duduk di sana, tepat di atas buku tebal yang isinya hanya halaman kosong. Dia mengangkat satu kakinya dan menepuk-nepuk buku itu dengan gerakan yang ganjil. Ekornya mengeluarkan suara berdebum-debum, mirip suara genderang. Seolah apa yang akan dibicarakannya begitu menegangkan, dan efek suara itu menambah eskalasi kengerian.

"Ya, kalian berdua. Tidak semua orang bisa masuk ke sini. Dan tidak semua yang masuk ke perpustakaan ini mendapatkan kesempatan untuk melakukan perjalanan lintas waktu. Hati kalian yang bersih, serta kecintaan kalian terhadap buku-bukulah, yang telah menggiring langkah kalian, menemukan perpustakaan ini."

Ragnara mencoba memproses kata-katanya. Jadi, ini bukan perpustakaan biasa. Ada sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang belum mereka pahami. Ragnara menatap Oxa, yang wajahnya kini mulai menunjukkan sedikit pemahaman. Mereka saling bertatapan.

"Kami akan melakukan perjalanan? Ke mana?" Oxa yang kini bertanya, mencoba menyatukan potongan-potongan teka-teki yang dikemukakan Pompei, dengan santainya.

Pompei memiringkan kepalanya, dan untuk pertama kalinya sejak bertemu dengan mereka, kedua gadis ini betul-betul melihat kucing itu tersenyum, ya, tersenyum. "Ke masa lalu, masa depan, dan semua yang ada di antaranya." Setiap kali ia selesai bicara, lampu yang menggantung ikut meredup, angin —yang entah datang dari mana— berdesir, meremangkan bulu kuduk.

Lihat selengkapnya