Rahasia Sofi (revisi)

SyerrilAuztin
Chapter #3

Orang Gila?

Aku terus berteriak, semua yang terlintas langsung menjadi makian. Di sini aman. Tidak ada yang mendengar dan membawa aku ke rumah sakit jiwa.

 

"Langit, bisa tolong kirimkan peta ke---"

 

"Eh, berisik!"


Belum selesai aku minta peta menuju akhirat dari langit sore, sebuah bentakan membuyarkan semuanya. Aku menoleh, mendapati seorang gadis berkemeja kotak-kotak merah duduk di sadel sepeda. Menulis sesuatu di buku catatan gambar kartun.


Antara bingung, senang, sekaligus tidak percaya, aku melongo, tidak tahu harus berbuat apa. Gadis itu sepertinya pernah ketemu, tapi di mana?


 "Astaga, lu lagi ternyata," gerutunya sambil menatapku tajam. "Lu yang tadi nabrak gue, kan? Udah salah, ngerusakin rem sepeda, kabur pula!"


Habis sudah aku, tajam sekali ingatannya. Ternyata bener, dia yang hampir nabrak aku siang tadi. Ketemu lagi malah ngamuk.

 

"Malah bengong. Denger nggak gue ngomong?" Gadis itu menghampiri dan langsung menoyor pundakku.

 

"Eh, maaf, Kak. Saya nggak sengaja. Tadi lagi buru-buru," jawabku serba salah.


"Nggak sengaja, nggak sengaja! Lu pikir gue tadi sengaja banting setir? Gue juga lagi buru-buru!"


Kaan. Minta maaf salah, terus mengelak juga salah. Itulah gunanya Tuhan menciptakan laki-laki di dunia ini. Iya untuk disalah-salahin.


"Kak, sekali lagi maaf. Saya tadi nggak bermaksud kabur. Tapi---"

 

"Terserah!" potong gadis itu tegas. "Pokoknya, lu harus ganti rugi"


Cuma ganti rugi benerin sepeda, palingan berapa. Beli helikopter pribadi saja aku sanggup. Eh, tapi, kan ....

 

"Oke, saya ganti rugi. Tapi, saya nggak pegang uang sekarang. Habis berapa cuma sepeda!" Tidak mau malu dan ingat sudah jadi hantu, aku berusaha mengelak pura-pura masih menjadi manusia kaya. Nantilah mikir bagaimana cara hantu cari duit.

 

"Bantu? Emang punya duit? Penampilan kucel gitu sok kaya," sindirnya sebelum tertawa.


Aku tersentak, memindai penampilan serta pakaian yang kukenakan. Memang benar, aku kucel dan pucat mirip hantu kurang makan.


"Jangan asal ngomong kamu! Meskipun kucel, saya bisa cari duit!" Aku ikut terpancing emosi.


"Halah, dasar cowok mokondo. Paling juga ngemis di perempatan!" ujarnya semakin tajam, kemudian naik sepeda lagi. "Ikut gue ke bengkel, terus bayarin servis sepeda gue!"


Lah, dia naik sepeda, cepet sampai. Terus aku nebeng siapa?

°°°°

Sepanjang jalan menuju bengkel, aku yang terpaksa mau dibonceng gadis itu dibuat emosi terus menerus. Dia menuduh macam-macam melebihi apa yang aku lakukan, masih mengatakan tidak ada tanggung jawab, setelah insiden hampir tabrakan tidak sengaja tadi.


Padahal, dia utuh duduk di sadel sepeda, tanpa lecet dan baju sobek. Seandainya aku masih jadi manusia, sudah kulaporkan pihak berwajib atas dasar pencemaran nama baik. Dasar wanita.

 

Lihat selengkapnya