Rahasia Sofi (revisi)

SyerrilAuztin
Chapter #4

Perjanjian Pra Pertolongan

Inka menggerutu, merasa kena prank padahal mau menyampaikan sesuatu yang penting. Sambil menyusul Sofi masuk rumah, Inka mencoba menyentuh kening temannya. Bisa saja tiba-tiba demam atau kesambet penunggu jalan, mungkin pikirnya.


Akan tetapi, Sofi berkelit menghindar secepat kilat. Mengatakan baik-baik saja dan memberi peringatan agar tidak disentuh. Sofi justru duduk di sofa ruang tamu sambil mengalihkan pembicaraan, dengan pura-pura tertarik membahas berita viral.

 

Aneh benar. Selain bisa berinteraksi dengan hantu, sepertinya Sofi alergi tangan manusia. Bersentuhan bisa menyebabkan tetanus, mungkin.


Inka kembali mengulurkan handphonenya, membiarkan Sofi membaca berita kecelakaan beruntun sebuah mobil mewah yang menewaskan empat orang penumpang sekaligus, setelah masuk jurang. Sofi kemudian meletakkan benda pipih itu di meja sambil menyebut nama Putra Yudhistira beberapa kali.

 

Aku yang berdiri di sampingnya, seketika tersenyum. Doa-doaku terjawab tanpa menunggu besok dan besoknya lagi. Sofi pasti bersedia menolong.

 

"Putra Yudhistira. Kayak pernah denger," ucap Sofi sekali lagi.

 

"Lo kenal sama manager muda yang kecelakaan tragis itu?" selidik Inka sambil menunjukkan fotoku.

 

Sofi menatap Inka sekilas, kemudian beralih padaku. Seketika tawanya lepas seperti habis menonton stend up komedi.


"Lo masih percaya hoax, In?" tanya balik Sofi setelah tawanya reda. "Cowok bernama Putra yang ada dalam foto itu, lagi berdiri samping gue. Pakaiannya sama, cuma rada lusuh aja, sih."


Kurang asem, membully hantu seenaknya saja!


Wajah Inka langsung pucat ketakutan. "Fi, nggak bercanda lo!"


"Gue serius. Emang lo buta apa, sampai nggak bisa lihat orang gila ini?" Sofi mengarahkan telunjuk ke dadaku.


"Bukan gue yang buta, Fi, tapi indigo lu kumat lagi."


"Serah lo deh. Gue capek. Mau tidur. Bye!"


Sekali lagi tanpa dosa, Sofi menuju kamar dengan santainya. Meninggalkan Inka yang duduk memeluk bantal Sofa menahan takut.


Apa Sofi indigo? Terbiasa melihat hantu sehingga tidak terlalu peka bedanya sama manusia. Aku pikir dia setan tadinya.


Aku menyusul Sofi dengan cara langsung menembus pintu, langit di luar rumah mulai gelap. Ternyata gadis itu sudah rebahan sambil main handphone. Sesaat dia mengabaikan aku yang duduk di kursi dekat tempat tidurnya, tapi kemudian ....

 

"Ngapain lo nyusul ke sini?" Hardiknya.

 

"Kan, saya udah janji bakal ikutin kamu terus," ucapku santai.

Lihat selengkapnya