Rahasia Sofi

SyerrilAuztin
Chapter #7

Gara-gara Inka

"Cemburu? Sama siapa?"


Reaksi Sofi benar-benar di luar dugaan, terlihat bingung sekaligus penasaran. Seharusnya gadis itu marah, atau bersikap sinis menganggap aku orang gila seperti kemarin-kemarin, bukan malah kepo seperti ini


"Sama laptopmu!" ujarku akhirnya.


Sofi menautkan alis. "Maksud?"


"Udah skip!" Aku mengibaskan tangan dan mengalihkan pembicaraan. 'Kalau kamu butuh kerjaan, coba ngelamar di perusahaan Papa. Seingatku sebelum meninggal, masih ada lowongan tenaga kebersihan.


Gajinya nggak banyak, standar UMR. Semoga cukuplah buat kebutuhan sehari-hari kamu sama Inka."


Aku tersenyum tipis setelah mengatakan hal itu. Meskipun sudah koit, dan berstatus arwah penasaran, aku tetap ingin bermanfaat untuk orang lain.


"Kamu serius?" tanya Sofi antusias.


Aku mengangguk. "Tapi omongin dulu sama Inka. Kan, kalian temen!"


"Iya, siap! Nggak apa-apa deh jadi OG, yang penting gajian tetap!" tukas Sofi sebelum tersenyum cerah.


Obrolan berakhir. Aku menyuruh Sofi mematikan laptop, masuk rumah, dan segera tidur. Membicarakan rencana pekerjaan baru dengan Inka besok, juga butuh tenaga serta persiapan ekstra. Apalagi, Inka tipe orang cerewet, pasti bertanya macam-macam dari siapa rekomendasi kerjaan dan kantor papaku.


Di rumah ini, aku juga selalu tidur di sofa ruang tamu. Tidak berminat sekalipun masuk kamar Inka atau Sofi. Jadi, tolong, jangan traveling otaknya.

°°°°


Semua berjalan sesuai yang kuinginkan. Sofi dan Inka diterima bekerja sebagai cleaning Service kantor. Kadang aku ikut Sofi kalau sedang gabut, menjadi tempat curhat dia setelah kena omel, atau sengaja disalah-salahin beberapa karyawan. Kadang aku sambil menahan sakit hati, melihat Nadia, bertemu Papa.


Ingin balas dendam, andai diberi kesempatan kedua menjadi manusia.


Kehidupanku bukan rahasia lagi bagi Sofi. Dia tahu semuanya, hari-harku sebagai hantu, hingga kejadian sebelum aku meninggal. Anggap saja hubungan tanpa status antara manusia sama hantu.


Jangan tanya kabar jantungku, semakin ke sini semakin ingin kudonorkan kepada penjual organ tubuh manusia, karena selalu berdebar setiap kali berada dekat Sofi. Masalahnya, itu penjual menerima organ tubuh hantu apa tidak?


"Sofi, akhir-akhir ini lo aneh banget perasaan," celetuk Inka yang tiba-tiba muncul, setelah mandi.


Halah, merusak pemandangan saja! Padahal, aku sedang memerhatikan Sofi mainan laptop, menikmati cantik dan wangi parfumnya dari jarak dekat. Gara-gara Inka, misiku terancam ketahuan.


"Aneh kenapa, In?" tanya Sofi.


"Lo itu sering ngomong sendiri, senyum-senyum sendiri. Emang lagi kesurupan setan dari mana?" Inka mulai nyerocos lupa rem, penuh rasa ingin tahu.


"Bukan kesurupan, tapi aku punya pacar baru!" balas Sofi sekenanya.


Akhirnya aku mendapat pengakuan juga.


Inka antusias. "Pacar? Ganteng, nggak? Punya duit berapa triliun?"


"271 triliun!" ucapku kesal, dan hanya Sofi yang bisa mendengar.


Ternyata semua wanita sama saja. Pikirannya selalu uang, uang dan uang juara satu.


"271 triliun, katanya." Sofi justru latah meng-copy paste ucapanku.

Lihat selengkapnya