"Aku mengalami mimpi basah lagi," kata Dias.
Renos geleng-geleng kepala. Begini bahayanya punya teman yang sukanya 'menghabiskan sabun' di kamar mandi. Teman yang tidak tahu adat dan tempat--yang paling doyan membahas tentang imajinasi liar dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
"Hilangkan kebiasaan nonton bokep sebelum tidur dan bersiap cari pacar," usul Renos.
"Kalau sudah punya pacar dan kita ingin begituan, pie?"
Renos benar-benar kehabisan akal. "Potong saja itu kepala. Atau keluarkan otak lu dari kepala. Gimana?"
Dias bergidik. "Bahaya lo!"
"Itu cara paling ampuh, supaya otak kamu bisa diganti dengan yang baru. Supaya isinya tidak kotor melulu," ketus Renos.
Dias benar-benar dibantai oleh Renos. Ia tidak diberi kesempatan untuk menyela walau sekejab. Dan salahnya, pemuda itu terlalu naif dengan berkata jujur.
Dias, Renos dan Regi adalah tiga orang pemuda yang tinggal di sebuah kos-kosan standar pekerja kantoran di Jakarta. Ketiganya adalah pemuda jomblo yang tidak pernah ketinggalan berkisah tentang hal-hal sensitif yang mudah mengundang syahwat. Termasuk membicarakan Tante Nina.
Tante Nina sendiri adalah seorang wanita usia empat puluhan dengan cover dewasa muda usia dua puluh lima tahun. Wanita itu seperti tidak pernah mengalami pertambahan usia. Kulitnya sangat kencang; tubuh sintal terjaga begitu ketat, hingga kerap menimbulkan dosa bagi banyak mata yang memandang wanita itu.
Suatu sore, sekitar enam bulan yang lalu, Anak-anak di kos milik Pak Broto melihat wanita itu untuk pertama kalinya.
"Buset! Targetku selanjutnya akan berlabuh pada wanita itu," ucap Regi. Matanya yang melotot beradu kompak dengan air liur yang tertelan masuk ke kerongkongan. Sifat playboy kampungan yang ada pada dirinya langsung saja muncul ke permukaan. Niat ingin memiliki itu yang selalu membuatnya terlihat sombong.
"Siapa yang kau maksud?" tanya Pak Broto.
"Wanita itu," jawab Regi seraya menunjuk seseorang yang terus berjalan ke ujung gang.
Pak Broto menghela napas panjang. "Jangan pernah mulai. Kau tidak tahu siapa wanita itu," ujarnya.
"Ada apa dengan wanita itu, Pak?"
Pak Broto tidak menjawab. Namun raut wajahnya terlihat mendung sebelum meninggalkan tiga pemuda kocak itu.
***
Bahkan hingga enam bulan setelahnya, tiga sekawan itu masih penasaran dengan Tante Nina.
Seperti tingkah mereka pagi ini.
"Ngapain lo?" tanya Regi yang menemukan Dias melongo di samping pagar.
"Biasa! Absen Tante Nina dulu," jawabnya seraya cengengesan sendiri.