Rahasia Tante Nina

Johanes Gurning
Chapter #2

Lelaki Memang Begitu

"Gue pikir, Pak Broto hanya cemburu karena kita menggoda Tante Nina. Bukan tidak mungkin jika pria itu juga tengah mengalami kesepian setelah ditinggalkan istrinya," kata Dias.

Malam itu, mereka bertiga kumpul di kamar Regi, satu-satunya kamar dengan hawa adem dan wangi. Regi tidak seburuk Dias dan Renos kalau menyangkut masalah kebersihan. Maka tidak perlu dibayangkan seberapa sedap aroma dalam kamar Dias dan Renos. Aroma rokok dan keringat yang beradu kompak dengan baju-baju bekas pakai yang menggantung di sembarang tempat.

Berbeda dengan Renos dan Dias, Regi justru sebaliknya. Pemuda itu adalah tipe orang yang bisa muntah ketika menciun aroma tidak sedap dalam kamarnya.

"Lo berdua udah pada mandi belom, sih? Sepertinya ada aroma-aroma asam dalam kamarku," ketus Regi.

Dias tertawa. "Gue terakhir kali mandi kemarin sore."

"Terima kasih karena sudah menciptakan aroma berbeda dalam kamar gue," kata Regi.

"Jadi, kapan kita akan mulai?" tanya Renos.

"Besok pagi. Kita harus bangun cepat untuk olahraga sebelum berangkat ke kantor. Dan kita harus memastikan kapan Tante Nina keluar dari rumahnya," jelas Regi.

Dias dan Renos mengangguk setuju. Dias sudah senang luarbiasa. Bagaimanapun, ia harus berusaha memenangkan tantangan itu. Sudah sejak lama ia mengimpikan Tante Nina dan semua yang ada padanya. Ia tidak memedulikan perkataan Pak Broto. Yang ada kini dalam otaknya hanya bayangan Tante Nina dan malam terakhir ketika mereka 'tidur' bersama.

***

Seperti kesepakatan awal, mereka hanya akan menunggu Tante Nina di ujung gang--area tak terjangkau oleh pandangan Pak Broto.

Dias sudah tidak bisa tidur sejak Regi memutuskan apa yang harus mereka lakukan. Pemuda itu memandang jarum jam di dinding kamarnya yang cukup lambat berputar.

Sementara itu, Renos telah mandi di subuh yang dingin. Tubuhnya merinding menahan dinginnya air di pagi hari. Tidak lupa ia menyemprotkan parfum murahan dengan wangi menyengat ke sekujur tubuhnya. Parfum itu ia temukan di bazar yang tidak jauh dari kantor tempatnya bekerja.

Yang muncul belakangan adalah Regi. Bukan Regi namanya jika segala sesuatu tidak sempurna. Satu kebiasaannya yang sering dianggap teman-temannya sungguh terlalu adalah merapikan segala sesuatu sebelum meninggalkan kamar. Regi adalah orang yang sangat memperhatikan penampilan. Pemuda itu sering telat pergi ke sebuah acara hanya karena terlalu lama memilih pakaian yang akan ia gunakan.

Lihat selengkapnya