Rahasia Tante Nina

Johanes Gurning
Chapter #7

Aroma Tubuh yang Memabukkan

Ceritanya balik lagi ke masa kini

"Kemarin di kamar lo, gue nemuin kepingan DVD boke--"

"Enggak usah keras-keras!" ucap Dias.

"Nemu di mana lo?" tanya Regi penasaran.

Dias hampir saja tertawa melihat kepolosan pemuda di depannya. "Gue nemuin kepingan DVD itu di salah satu mall di Jakarta Barat. Lo tinggal turun ke basement dan berkunjung ke lapak yang ada di sana. Tersedia banyak film dari yang keren hingga yang malas untuk ditonton," jelas Dias. Dari yang diam tanpa ekspresi, hingga yang bisingnya bikin kepala pengin nabok.

Regi geleng-geleng. "Dan lo pasti ngebayangi Tante Nina ketika menonton film miskin itu. Benar?"

Dias menyeringai picik. Regi tidak tahu saja, sejujurnya, Tante Nina sudah ada dalam imajinasi liarnya ketika pertama kali Dias melihat perempuan seksi itu.

"Kita lihat saja nanti siapa yang akan dipilih oleh Tante Nina," ujar Regi seraya melihat dirinya sendiri.

"Oke!" kata Dias seraya membuka kutang putih yang ia kenakan. Aroma khas lelaki menguar liar di sekitaran. Aroma keringat yang berpadu dengan wangi rokok adalah satu dari sekian aroma yang hanya dimiliki oleh lelaki. Dan Dia memiliki itu. Entah mengapa, Dias tidak betah menggunakan parfum kecuali ketika acara pilihan.

Sekedar info, Dias adalah orang yang tidak akan mandi sebelum melihat Tante Nina pagi hari. Katanya, di tubuhnya terdapat semacam jimat yang dicampur dengan aroma keringat, sehingga mampu menyihir lawan jenis yang ditaksirnya. Sungguh keterlaluan.

"Mandi dulu lo. Tante Nina mau lewat ini," usul Regi. Dalam pikirannya berkecamuk keinginan untuk menyingkirkan Dias dari tantangan konyol yang telah mereka buat kemarin.

Sayangnya, Dias bisa membaca pikiran Regi. Keinginan yang sama juga terbesit dalam otaknya. Ia harus memenangkan pertandingan itu dan menyingkirkan Regi dan Renos. Senyum licik dan sesuatu dalam benaknya terkesan misteri.

Regi terlihat gelisah. Beberapa kali ia melirik jam yang melingkar di tangannya, dan di waktu lain matanya waspada di ujung gang. Hatinya bahkan cemas tatkala menyadari Renos tidak ada di antara mereka.

"Lo lihat Renos, enggak?" tanya Regi.

"Paling juga masih molor. Tadi malam dia ketiban enak nonton film di kamar gue. Gue aja yang sudah ngorok, Renos masih terlihat fokus di depan laptop," jelas Dias.

"Lo sengaja, kan?"

Dias mengerutkan kening. "Gue hanya menawarkan. Selebihnya keputusan ada di tangan dia."

Beruntung saja Pak Broto sedang tidak ada di rumah hari ini. Dari kabar yang mereka dapat, lelaki tua itu sedang dalam perjalanan bisnis ke Solo. Mengurus kayu untuk bahan furniturnya. Dan kesempatan emas itu langsung saja dipergunakan oleh Dias, Regi dan Renos untuk 'menikmati' Tante Nina hari ini.

Angin pagi berembus bagai dari surga ketika sosok yang mereka nanti hadir di ujung gang.

"Gue belum ketinggalan, kan?" tanya Renos yang tiba-tiba muncul dengan napas ngos-ngosan. Singlet tipis dan celana pendek di atas lutut ia kenakan tanpa rasa enggan.

Tante Nina mengenakan gaun berwarna merah menyala, berpadu dengan sepatu hak tinggi berwarna senada. Riasan wajahnya natural seperti biasa serta gincu berwarna merah darah menambah kesan glamor dirinya.

Lihat selengkapnya