Keesokannya Safira menemui Samuel di Taman Kampus. Kebetulan Samuel sedang bermain alat musik kesayangannya. Gitar. Dia senang membuat lagu sendiri dan banyak mahasiswa kampus yang mengaguminya. Berbeda dengan Safira. Safira bahkan tidak merasa kagum sama sekali dengan Samuel. Ini karena ia dan Samuel sudah lama dekat. Tanpa basa-basi Safira langsung bertanya apa yang sebenarnya terjadi.
Safira : “Assalamualaikum.”
Samuel : “Waalaikumsalam. Eh fir, tumben kesini. Kenapa? mau aku nyanyiin? hhh.”
Safira : “Yeeh PD bgt si. Udah bosen aku denger suara kamu. Aku mau nanya.”
Samuel : “Nanya apa tu?”
Safira : “Kamu kenal Hanna? Kamu kemarin ke toko buku kan?”
Samuel : “Kamu tahu?”
Safira : “Jadi Hanna itu temanku. Aku bertemu saat di bandara, setelah aku mengantar ayah. Saat ingin pulang, aku melihat ada kecelakaan yang lumayan menghebohkan bandara. Karena aku penasaran, aku menghampiri dan aku melihatnya. Aku membawanya ke rumah sakit. Dan pada saat itu dokter mengatakan kepalanya terbentur cukup keras sampai mengakibatkan ingatannya hilang.”
Samuel : “Jadi Hanna belum bisa mengingat?”
Safira : “Ya seperti itulah. Makanya aku bawa ke kost yang dulu. Kalau aku bawa ke rumah, kamu tahu sendiri ayahku tidak ingin orang lain menetap sangat lama meskipun dia sedang pergi.”
Samuel : “Jadi begitu ceritanya..”
Safira : “Lalu tujuan mu apa melakukan hal seperti itu untuk Hanna?”
Hanna POV
Hanna : “Bosan juga seperti ini terus. Apa yang harus ku lakukan ya? Ingatan ku juga belum pulih.”
Hanna : “Apa aku mencari pekerjaan saja? Lagi pula aku sudah banyak merepotkan Safira.”
Hanna : “Tapi apa?ini membuatku menjadi tambah pusing saja. Astagfirullahaladzim.”
.
.
Safira yang sudah selesai dengan kuliahnya mampir ke kost Hanna untuk melihat kondisi nya sekalian membawa makan siang untuk mereka berdua.