“Melamun aja, Lu. Lagi mikir apaan sih?” Tepukan tangan Fachry di pundaknya, sukses membuat Vidya terlonjak kaget.
“Hee, gajah bunting, obesitas! Lu, sengaja mau bikin gue kaget!” rutuk Vidya. Sendok yang ia pegang terpelanting jatuh ke bawah meja, beserta semangkok mi ayam yang tak luput menjadi korban.
Vidya berdiri dan menjewer telinga Fachry, hingga pemuda bertubuh tambun itu merunduk mengikuti gerakan tangan Vidya, dengan jerit kesakitan.
“Kampret, Lu, Mak. Galak amat, sih!” dengkus Fachry. Tangannya sibuk menggosok kuping nya yang memerah.
“Lagian ... ngapain, Lu, pake acara ngagetin Gue?” jawab Vidya Cuek. “Masih untung Cuma gue jewer, kalau gue kutuk kelebihan gizi? Mau apa, Lu?
“Halaah ...! nggak usah, Lu, sumpahin. Badan gue emang udah bulet dari sononya.” sahut Fachry sambil menoyor kepala Vidya. “Lu, mau bakso atau mi ayam?”
Fachry berdiri di samping abang penjual mi ayam, memesan makanan untuk dirinya dan Vidya. rasa bersalah karena membuat makanan gadis itu tumpah tanpa sisa, membuat Fachry berinisatif mengganti makanannya.
“Mi ayam pake bakso, porsi jumbo, tambahin pangsitnya yang banyak. Jangan lupa sekalian minumnya es jeruk.” Vidya tertawa geli. Sifat jahil dan hobby malaknya bangkit ketika mendapatkan sesuatu yang beraroma gratisan.
“Rakus, Lu. Makan kaya orang kesurupan!” sembur Fachry. “Gue Cuma nawarin makan, nggak pake minum.”
Wajah Fachry kecut, mendengar pesanan Vidya yang tidak manusiawi untuk ukuran perempuan bertubuh kurus seperti dirinya, mengalahkan porsi makan Fachry yang memiliki bobot 82 kilogram.
setelah selesai memesan, Fachry kembali duduk di hadapan Vidya, membersihkan meja dengan tisu basah, sebelum makanan mereka tiba.
“Aish ... badan udah saingan dengan gajah obesitas yang lagi bunting, masih aja pelit! Berbuat amal dikitlah, salah satunya sedekah makanan ke Gue, siapa tau aja Lu bisa kurus,” cerocos Vidya, bibirnya naik turun khas emak-emak julid yang suka gosip.