Bintang sibuk mewarnai kertas gambar yang baru dibelikan Vidya, ia menghampar crayon di tikar kecil yang ia gelar di bawah pohon akasia. fokusnya tidak terganggu meskipun anak-anak seusianya berlari dan berteriak, mengitari halaman hingga ke tempat Bintang duduk manis mewarnai.
Bintang bukan anak yang kaku atau sombong, dirinya hanya tidak terlalu menyukai keramaian. Anak itu memang sangat suka menyendiri dari pada harus ikut bergembira dengan anak-anak yang lain. Kebutuhan utamanya adalah suasana yang tenang, itulah sebabnya ia lebih menyukai tinggal di rumah Vidya dari pada pulang ke panti asuhan yang terlalu ramai dengan anak-anak kecil yang berisik.
“Abin, sudah makan, belum? Kenapa duduk sendiri di sini?” tanya bu Yati, entah kapan datangnya. Tiba-tiba saja ibu pengelola panti itu sudah berdiri di samping Bintang.
“Udah, makan nasi bakar.” Anak kecil itu menjawab seadanya, tanpa melihat ke arah kepala panti.
“Masuk, yuk! Kita makan es krim, mau?” Kepala panti, masih berusaha mencari perhatian Bintang.
bu Yati, mengumpulkan crayon yang berserak tetapi ditahan oleh Bintang, anak itu menatap bu Yati dan tersenyum, kedua matanya berbinar.
“Ibu, mau lihat gambar Bintang?” tanya bocah itu. Bintang mengeluarkan beberapa buku mewarnai dari dalam tas dan menyerahkannya pada bu Yati.
Kepala panti membuka tiap lembar buku mewarnai milik Bintang, ia melihat warna-warna kontras yang membaur jadi satu, membuat gambar-gambar itu terlihat indah dan hidup. Kepala panti mengerenyitkan kening seolah ada yang dipikirkan. Ia melihat sebuah gambar berbeda dari yang lain, terasa sangat familiar seperti pernah melihat gambar yang sangat indah dan memiliki makna yang penting untuk Bintang.
“Ini, gambar apa? Kenapa beda?” tanya bu Yati, ia menyodorkan sebuah gambar yang menjadi tanda tanya dihatinya. Beliau yakin kalau gambar itu bikinan Bintang, bukan gambar dari buku mewarnai.
Anak kecil itu mengambil kertas gambar dari bu Yati, membentangnya di hadapan beliau dan menunjukkan satu persatu arti gambar tersebut.
“ini, Abin yang gambar. Ceritanya Abin masih bayi di perut mama, yang ini Abin baru lahir, dan yang ini Abin di buang ke panti asuhan.” Lugas ia menceritakan arti tiap gambar yang ia buat.
Bu Yati tersentak, bagaimana Abin bisa menggambarkan sesuatu yang buruk? Apakah Vidya mengatakan pada anak kecil itu bahwa ia dibuang? Keterlaluan Vidya, jika gadis itu benar-benar menceritakannya pada Bintang. bu Yati mencium pucuk kepala Bintang dan mengusapnya sesaat sebelum meninggalkan anak itu di halaman.
***