Rahasia yang Dibawa Hujan

Syahreza Pahlevi
Chapter #5

Kanvas 5 - Dibawah Langit yang Berubah

Langit duduk di depan meja belajarnya, menatap keluar jendela kamar. Di luar, langit berwarna kelabu, mendung menggantung berat, seakan siap menumpahkan hujan kapan saja. Angin lembut menggoyang pepohonan di sepanjang jalan setapak kecil di depan rumah mereka. Sudah lama ia memperhatikan bahwa hujan tak pernah datang dengan pasti. Terkadang hujan deras turun tanpa aba-aba, kadang hanya rintik kecil yang terasa ragu-ragu, dan di waktu lain, langit mendung hanya menjadi ancaman tanpa realisasi.

 

Sama seperti pikirannya sekarang. Langit merasa hidupnya mulai seperti langit yang berubah-ubah, penuh tanda tanya dan kebingungan. Semua terasa tidak pasti. Semakin hari, semakin ada yang mengganjal dalam pikirannya. Kisah yang selama ini ia percayai, tentang orang tua mereka yang bekerja jauh, mulai terdengar tidak masuk akal. Hana selalu mengatakan hal yang sama setiap kali ia bertanya, tetapi jawaban itu tidak lagi memuaskan. Kenapa setelah bertahun-tahun, tidak ada satu pun kabar? Tidak ada surat, telepon, atau bahkan sebuah foto yang bisa membuktikan keberadaan mereka?

 

Kecurigaan ini semakin mengganggunya. Selama bertahun-tahun, Langit percaya penuh pada cerita Hana. Ia mempercayai kakaknya lebih dari siapa pun. Tetapi, sekarang, ketika ia mulai lebih peka terhadap hal-hal di sekelilingnya, semakin banyak kejanggalan yang ia temukan. Langit mencintai Hana, ia tahu itu, tetapi kenapa kakaknya selalu menghindar setiap kali topik tentang orang tua mereka muncul? Kenapa setiap kali ia bertanya, senyum Hana terlihat lebih kaku, lebih berat?

 

Hari ini, perasaan curiganya memuncak. Ada sesuatu yang tidak benar, dan Langit tahu, ia harus menemukan jawabannya.

 

❀❀

 

Hujan mulai turun perlahan, rintik kecil yang hanya membasahi permukaan jalan tanpa benar-benar menyapu semuanya. Langit mengalihkan pandangannya ke buku catatan di atas meja, tetapi pikirannya terus berkelana. Ia mencoba mengerjakan PR matematika, tetapi angka-angka itu hanya seperti simbol kosong yang tidak berarti. Pikirannya masih terjebak pada pertanyaan-pertanyaan yang tidak kunjung mendapat jawaban.

 

“Aku nggak bisa begini terus,” gumamnya pada diri sendiri. Langit berdiri dari kursi, berjalan mondar-mandir di kamarnya. Ia harus tahu lebih banyak. Ia harus menemukan petunjuk yang bisa menjelaskan kenapa cerita tentang orang tua mereka selalu terasa misterius dan terputus-putus.

 

Ia mengalihkan pandangannya ke lemari tua di sudut kamar. Lemari itu sudah ada sejak mereka pindah ke rumah kecil ini bertahun-tahun yang lalu. Hana menyimpan banyak barang di sana, entah pakaian, atau beberapa benda kenangan dari masa kecil mereka, dan tumpukan dokumen-dokumen yang entah apa isinya. Pikiran tentang dokumen-dokumen itu tiba-tiba membuat hatinya berdebar.

 

"Apakah mungkin ada sesuatu di sana?" pikir Langit. Ia ragu sejenak, tetapi rasa penasarannya lebih besar dari keraguannya. Ia berjalan perlahan ke arah lemari, tangannya gemetar sedikit saat meraih pegangan pintu. Hujan di luar mulai sedikit lebih deras, menambah ketegangan yang ia rasakan.

 

Ketika pintu lemari terbuka, derit pelan terdengar, dan Langit terdiam sejenak, menunggu jika ada suara langkah Hana mendekat. Namun, rumah sepi. Hana sedang keluar bekerja, dan Langit tahu ini adalah satu-satunya kesempatan untuk mencari sesuatu tanpa dicurigai.

 

Di bagian bawah lemari, ada beberapa tumpukan kertas yang sudah kusut. Langit menariknya keluar, melihat tumpukan surat-surat dan dokumen-dokumen lama. Ada akta kelahiran, beberapa tagihan, dan surat-surat sekolah. Tetapi di antara tumpukan itu, ada satu album foto yang tampak berdebu. Album itu sedikit lebih tua, tepiannya menguning, dan seolah-olah tidak pernah dibuka selama bertahun-tahun.

 

Langit menatap album foto itu dengan perasaan berdebar. Tangan kanannya gemetar saat ia mencoba membukanya. Di dalamnya, ia menemukan foto lama, kumpulan foto-foto yang sudah pudar warnanya, tetapi wajah-wajah di dalamnya masih jelas terlihat.

 

❀❀

 

Foto-foto di dalamnya banyak menunjukkan seorang wanita muda yang sedang memegang bayi. Wanita itu tersenyum lembut, namun matanya terlihat lelah. Langit memandangi foto itu dengan kening berkerut. Wanita di dalam foto itu tidak lain adalah Hana. Tetapi, bayi yang ia pegang? Langit menatap foto itu lebih lama, semakin yakin bahwa bayi itu adalah dirinya.

 

"Kenapa… Hana memegangku seperti ini?" Langit bertanya pada dirinya sendiri. Ada perasaan aneh yang mulai tumbuh di dalam dadanya. Rasa cemas dan curiga yang tak bisa dijelaskan. Selama ini, ia selalu berpikir bahwa kakaknya hanyalah sosok pengganti orang tua, tetapi kenapa tidak ada tanda-tanda orang tua mereka di dalam foto ini? Kenapa Hana terlihat begitu keibuan, seolah-olah bayi itu adalah miliknya?

 

Pikirannya mulai berlari cepat, mencoba mencari penjelasan. Hana selalu bersikap seperti kakak yang baik, melindunginya, mengurusnya, tetapi apakah mungkin ada sesuatu yang lebih besar yang selama ini ia tidak tahu? Foto ini seolah memberikan petunjuk bahwa ada rahasia yang lebih besar dari yang pernah ia duga.

 

❀❀

 

Malam itu, Langit tidak bisa tidur. Hujan di luar masih turun, tetapi kini lebih deras, menambah kegelisahan yang ia rasakan di dalam hatinya. Ia terus memikirkan foto yang ia temukan di lemari, foto Hana yang memegangnya sebagai bayi, dan bagaimana foto itu seakan membisikkan sesuatu yang tidak bisa diabaikan.

 

Lihat selengkapnya