Nada dering mengalun dari ponsel Rhino. Rhino yang masih tidur dengan setengah wajah terbenam di bantal, akhirnya membuka sebelah matanya untuk mencari ponselnya.
Ternyata ponsel Rhino tergeletak di nakas, berdekatan dengan asbak berisi puntung rokok yang sangat banyak. Karena masih sangat mengantuk, ia sengaja tidak bangun. Hanya tangannya yang menggapai-gapai untuk memungut ponselnya.
Tanpa meliihat siapa yang menelepon, Rhino menjawab dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.
“Halo … eh, assalamu ‘alaikum ….”
“Bang Rhino! Bang Rhino di mana?!!”
Dari seberang sana, seorang wanita membalas dengan panik. Rhino tersentak, lalu melihat nama yang tertera. Ternyata Reita, adik iparnya.
“Bang Rhino, cepat ke rumah sakit! Sekarang!”
“Ha? Siapa yang sakit?” tanya Rhino dengan kesadaran yang mulai pulih.
“Kak Rena, Bang! Kak Rena sudah masuk rumah sakit!”
“Hah? Rena sakit apa?” tanya Rhino lagi.
“Kok sakit, sih? Bang Rhino ngelantur ya? Kak Rena mau melahirkan, Bang! Sudah pembukaan … ah, aku nggak tahu. Pokoknya, Bang Rhino cepat ke sini! Aku kirimkan nama rumah bersalinnya, ya.”
Rhino akhirnya bangkit dari tidurnya. Matanya melotot. Astaga, ia baru ingat sekarang! Istrinya! Istrinya, Rena, sedang hamil tua dan ternyata akan melahirkan malam … eh, ini malam atau pagi, sih?
Rhino melihat jam di ponselnya. Astaga, ternyata sudah pukul 07.00! Artinya, Rhino tertidur semalaman di rumah ini. Kenyataan itu menyadarkan dirinya bahwa ia tidak pulang ke rumah semalam, justru pada saat Rena paling membutuhkan suaminya.