Rahasia yang Membunuhku

WN Nirwan
Chapter #2

Hidup Mati

Rhino mengendus tubuhnya sendiri. Ia baru ingat, ia belum mandi sejak kemarin dan belum berganti pakaian. Akibatnya, aroma tubuhnya menjadi kurang sedap.

 

Dengan agak panik, ia membuka tasnya untuk mencari parfum. Setelah menemukannya, ia menyemprotkan parfum tersebut untuk menutupi aroma tubuh yang menurutnya kurang sedap. Tak lupa, ia mengulum permen untuk menutupi bau rokok yang menguar.

 

Setelah yakin bau badan bukan lagi menjadi masalah, Rhino turun dari mobil. Ia menyusuri pelataran parkir rumah sakit dengan langkah tergesa. Mencari-cari adik iparnya yang sejak tadi tak henti meneleponnya, Reita.

 

“Bang Rhino! Kok lama, sih? Mana semalam nggak pulang. Ngapain aja, sih? Kasihan Kak Rena, sekarang sendirian di ruang bersalin!” sergah Reita gusar setelah melihat Rhino. Sejak tadi hanya ia sendirian yang menunggui kakaknya yang akan melahirkan. Tak pelak, ia merasa kesal karena iparnya membiarkan kakaknya berjuang sendirian.

 

Rhino diam saja. Ia tahu bahwa ia bersalah, sehingga tak ingin membalas kata-kata adik iparnya itu.

 

Perawat yang berdiri di sebelah Reita, mengajak Rhino ikut masuk ke ruang bersalin. Rhino menurut. Meskipun ini kali pertama ia menjadi calon ayah, ia sudah tahu bahwa seorang suami lazimnya mendampingi istrinya yang sedang melahirkan.

 

Dengan mengenakan pakaian yang diberikan oleh rumah sakit, Rhino mendampingi Rena yang sudah siap melahirkan. Ia tersenyum saat melihat Rena. Sayang, senyumnya tersembunyi di balik masker yang ia kenakan.

 

“Maaf, aku tidak pulang semalam karena ada masalah di lapangan,” kata Rhino pada Rena, berdusta.

 

Rena hanya mengangguk dengan wajah dibasahi peluh. Ia membiarkan Rhino mencium pipi lalu menggenggam tangannya. Tidak ada waktu dan tenaga untuk menanyakan lebih lanjut. Sebab, semua perhatian dan tenaga tengah Rena pusatkan untuk mendorong keluar bayi yang memang sudah waktunya menghirup udara dunia.

 

Rhino sebenarnya merasa bingung dan jengah serta agak takut jika harus menghabiskan waktu di kamar bersalin. Namun jika menunggu di luar bersama Reita, Rhino juga merasa tidak enak. Reita pasti akan menganggapnya tak peduli pada Rena.

 

Lihat selengkapnya