Rahyang Whisanggeni

Dzakwan
Chapter #5

Mengangkat Murid

Empat pekan sudah berlalu sejak Gumbara dan Yankesa tinggal di goa milik Rahyang.

Dan selama itu pula kedekatan mereka semakin terjalin.

Gumbara dan Yankesa menghabiskan hari-harinya dengan saling bercerita kenangan masa lalu.

Sementara Rahyang hanya menjadi pendengar setia.

Rahyang tidak memiliki kegiatan.

Selain mencari makanan dan merawat keduanya. Rahyang hanya menyimak cerita Gumbara dan Yankesa sehingga ia kini mengetahui banyak tentang bagaimana kondisi dunia luar.

Ada ketertarikan bagi Rahyang untuk mengembara, turun gunung merasakan indahnya dunia.

Namun Rahyang segera memendam dalam-dalam keinginannya tersebut.

Rahyang sadar diri bahwa sampai kapan pun ia tidak akan pernah bisa meninggalkan gunung Pilar Siluman.

Tapi Rahyang tidak sedih.

Dia tidak pula menyesal karena kini dirinya memiliki dua teman baru yang sangat baik sekali.

Kisah petualangan Gumbara dan Yankesa begitu menghibur Rahyang sehingga hari-harinya tidak lagi merasa sepi.

Akan tetapi tepat ketika tiba pada pekan ke 10. Kondisi Gumbara dan Yankesa entah mengapa kian memburuk, membuat Rahyang amat bersedih.

Bocah kecil itu berusaha kembali menciptakan ramuan obat. Hanya saja kali ini tidak berguna.

Gumbara dan Yankesa tidak lagi bisa duduk. Mereka hanya terbaring lemah di atas hamparan batuan goa.

“Tuan Gumbara, tuan Yankesa. Jangan tinggalkan Hyang. Hyang mohon sembuhlah,” Rahyang meminta lirih berharap kedua teman barunya bisa pulih kembali.

“Hahaha, bicara apa kau Whisan. Kami tidak apa-apa. Kami hanya lelah. Jangan cengeng seperti itu,” Gumbara tertawa berusaha menghibur Rahyang.

Namun Rahyang yang sedikit memahami dunia pengobatan tahu bahwa kondisi Gumbara tidak sedang baik-baik saja.

Rahyang tertunduk pilu di depan Gumbara. Sedangkan Yankesa tidak berkata apa pun selain menatapnya lekat seakan sedang memikirkan sesuatu.

“Kita tidak lagi bisa membohonginya, Gumbara,” tutur Yankesa tiba-tiba.

Ia mengerti bagaimana kesedihan Rahyang. Namun kenyataan tetap tidak bisa diubah. Yankesa dan Gumbara tidak akan bisa bertahan lama.

“Haaah! Sepertinya dirimu benar Yankesa,” Gumbara menarik napas berat seakan tidak ingin Rahyang mengetahui kenyataan yang menimpa mereka.

Sementara Rahyang yang mendengar itu tidak bisa berkata-kata selain menitikan air mata.

“Geni,” Yankesa memanggil.

“I-iya tuan,” angguk Rahyang.

Lihat selengkapnya