Rahyang Whisanggeni

Pujangga
Chapter #7

Bangsa Memedi

Krauuuuuu! Jleg! Jleg! Jleg! ... Jleg!

Ribuan mahluk mengerikan berbadan besar berjatuhan dari atas langit dan mendarat mengepung Rahyang.

Mahluk-mahluk tersebut memiliki auman yang keras membuat Rahyang harus menutup telinga agar kepalanya tidak pecah.

“A-apa-apaan ini? Mengapa ada mahluk mengerikan seperti mereka?” lutut Rahyang seketika bergetar.

Bocah itu mulai berkeringat dingin, tidak tahu entah harus berbuat apa.

Rahyang mencoba mundur, menginjakan kaki di antara bongkahan es yang nyaris saja menimpanya. Namun percuma karena di belakang juga terdapat mahluk serupa.

“Si-siapa kalian? Pergi! A-aku tidak bermaksud mengganggu kalian!” teriak Rahyang terbata.

Akan tetapi sepuluh dari ribuan mahluk memedi tiba-tiba melesat berniat menerkam Rahyang.

“A-apa yang harus aku lakukan?” Rahyang menelan ludah ketakutan. Sementara cakar dari 10 mahluk besar semakin mendekat berniat mencabik tubuhnya.

Namun tepat ketika cakar-cakar tersebut akan mendarat, tubuh Rahyang tiba-tiba bergerak sendiri.

Wush! Slep! Tap!

Rahyang berpindah tempat menggunakan ajian waringin sungsang milik Gumbara, membuat cakar para mahluk memedi hanya berlalu mengenai tempat kosong.

“A-apa yang terjadi? Me-mengapa aku bisa berpindah tempat?” Rahyang tidak menyadari bahwa dia baru saja menggunakan sebuah ajian sakti milik salah satu gurunya.

Sementara 10 mahluk memedi mematung terkejut tidak mengira bahwa mangsa kecilnya akan mampu menghindar seperti itu.

Jika dibanding dengan tubuh mahluk memedi yang begitu besar. Tubuh Rahyang di hadapan mereka hanya seperti tikus.

Namun rupanya tikus itu ternyata mampu bergerak cepat sehingga 10 mahluk memedi tadi segera menggaum meminta mahluk memedi lain agar segera menghabisi Rahyang.

Krau!

Ribuan mahluk memedi bergerak serentak menyerang Rahyang yang hanya seorang diri dan bertubuh amat kecil.

“Celaka!” Ranyang mundur menunduk menghidari 20 mahluk memedi yang tiba di tempatnya.

Rahyang mengira nyawa kali ini akan berakhir karena tidak mungkin ia bisa menghindari semua serangan.

Namun lagi-lagi tubuh Rahyang bergerak sendiri.

Dari telapak kakinya muncul cahaya kuning, dan Rahyang melompat tinggi sejauh 100 meter.

“I-ini ....? Ini ajian waringin sungsang milik guru Gumbara,” Rahyang akhirnya tersadar dengan apa yang terjadi pada tubuhnya.

Tetapi dia tetap tidak mengerti mengapa dirinya bisa bergerak sendiri. Padahal Rahyang benar-benar tidak menggunakan ajian tersebut.

Apa mungkin ini adalah Insting Raja yang guru Yankesa maksud?” Rahyang yang tengah terjun dari atas masih menerka-nerka.

Sedangkan terkait Insting Raja, kemampuan itu adalah reflek tubuh tingkat Betara yang tidak setiap orang punya.

Hanya mereka yang ditakdirkan sebagai pendekar digjaya yang memilikinya. Dan Rahyang merupakan satu dari segelintir mahluk yang beruntung memiliki itu. Bahkan Gumbara sekali pun tidak memilikinya.

Sementara Yankesa mendapatkan kemampuan itu setelah bertapa selama 40 tahun.

Namun Insting Raja milik Rahyang bangkit tepat ketika usianya menginjak 10 tahun tanpa proses apa pun. Dan itu bangkit secara tidak sengaja akibat jiwanya terancam oleh para mahluk memedi.

Yankesa pada pelatihannya sempat menjelaskan terkait Insting Raja agar Rahyang bisa berhati-hati ketika berhadapan dengan pendekar yang memilikinya.

Akan tetapi tidak disangka, Rahyang juga ternyata memiliki bakat tersebut. Dan hal itu luput dari penglihatan Yankesa.

Andai Yankesa masih hidup dan ia tahu bahwa Rahyang mampu membangkitkan Insting Raja di usia 10 tahun. Mungkin Yankesa akan langsung muntah darah akibat terkejut. Dan dia juga pasti akan sangat bangga terhadap muridnya itu.

Namun sayang, sekarang Yankesa sudah tiada sehingga tidak ada yang mengetahui bakat Rahyang secara mendalam.

Insting Raja memungkinkan tubuh pemiliknya bisa bergerak sendiri sesuai situasi yang dialaminya. Dan itu sangat didamba-dambakan oleh seluruh pendekar.

Wush!

Rahyang yang sudah menyadari kemampuan dirinya langsung melesat menendang angin menghindari ratusan mahluk memedi yang menunggunya di bawah.

Namun ratusan memedi lain berlesatan terbang, menyerang Rahyang di udara.

Bak! Buk! Bak! Buk! Bak! Wush!

Rahyang berusaha menangkis setiap serangan dengan jurus yang dia telah kuasai.

Bocah itu melompat kesana kemari. Bahkan tidak jarang Rahyang menggunakan tubuh para mahluk memedi sebagai pijakan. Hingga pada akhirnya, Rahyang bisa menjauh dari jangkauan serangan lawan.

Hanya saja bagaimana pun Rahyang hanyalah anak kecil.

Meski dia memiliki banyak ajian, tetapi stamina tubuhnya tetaplah masih terbatas.

Sementara menggunakan ajian Waringin Sungsang dalam jangka waktu lama akan menguras energi pemiliknya, membuat Rahyang mulai kelelahan.

Wush! Krau! Sering!

Sebuah cakaran tajam dari salah satu mahluk memedi berhasil mengenai dada Rahyang.

Aaaaa!

Rahyang menjerit merasa sakit.

Hiuk! Bruss!

Ia terjatuh menghantam hamparan salju, membuat butiran salju yang tadinya putih langsung berubah menjadi merah karena darah.

Rahyang merintih. Namun para mahluk memedi tidak berniat melepaskannya.

Mereka menganggap Rahyang sebagai mangsa yang tidak sengaja memasuki wilayahnya.

Wush! Wush! ... Wush!

20 mahluk memedi melsat terbang sembari menyayunkan cakarnya.

Namun Rahyang yang masih memiliki kesadaran langsung bangkit dan berlari menuju ngarai es yang tidak jauh dari sana.

Ngarai itu mengarah ke jurang lain yang di bawahnya merupakan hutan lebat yang sebagai kaki gunung pilar siluman.

Rahyang berlari tertatih. Sedangkan darah terus mengalir dari luka pada dadanya.

Hah, hah, hah, hah!

Rahyang terengah-engah kehabisan napas. Namun ia tetap berlari menggunakan Ajian Waringin Sungsang agar tidak terkejar.

Lihat selengkapnya