Rahyang Whisanggeni

Dzakwan
Chapter #11

Ajian Jarum Jiwa

Ajian Jarum Perenggut Jiwa (Sukma Aji Ceruk Ing Pati)

Sring!

Balapati Kowo menebas kerangkeng putri Sekartaji yang terbuat dari kayu, membuat kerangkeng tersebut langsung terbelah menjadi dua.

Kemudian setelah itu, dia juga menebas tali pengikat senopati Wanokwaru dan yang lain sehingga mereka akhirnya bisa terbebas.

“Uwa ....,” Putri Sekartaji berlari memeluk Balapati Kowo sembari menangis.

“Jangan takut Gusti, anda sekarang aman,” tutur Balapati Kowo menenangkan.

Wush! Tap!

Balapati Kowo melemparkan pedang milik Senopati Wanokwaru kepada pemiliknya dan langsung ditangkap oleh sang senopati.

“Ternyata kau menemukan pedangku,” Senopati Wanokwaru terkejut.

“Bagaimana dengan luka anda gusti senopati? Apa kalian masih bisa berjalan?” tanya Balapati Kowo memastikan.

“Kami bisa, ayo cepat pergi!” jawab Senopati Wanokwaru.

Selanjutnya Balapati Kowo dan rombongan pun bergegas meninggalkan lokasi kerangkeng.

Sedangkan Putri Sekartaji digendong oleh Balapati Kowo.

Namun tepat ketika melewati salah satu tubuh bandit penjaga yang berserakan di sana. Senopati Wanokwaru dan Balapati yang lain sempat terdiam.

Jarum cahaya? Jarum milik siapa? Tidak mungkin Kowo memiliki ajian seperti ini?” Senopati Wanokwaru dan Balapati yang lain terpaku bingung.

Akan tetapi karena situasi yang mendesak, mereka pun tidak sempat bertanya kepada Balapati Kowo.

“Ayo cepat! Hari semakin siang. Jangan sampai para bandit terbangun dari tidurnya,” seru Balapati Kowo pelan.

“Baik!” angguk semua orang.

Mereka semua berlari serentak mengikuti Balapati Kowo yang menuju ke sisi benteng.

Semua berlari secara diam-diam sembari bersembunyi menghindari para bandit yang berlalu lalang di antara gubuk peristirahatan.

Jantung Putri Sekartaji berdebar kencang, bahkan ia bekeringat dingin ketika melihat ada 6 bandit yang mendapati dirinya bersama Balapati Kowo.

Namun lagi-lagi ke 6 bandit itu langsung berjatuhan terkena jarum cahaya sebelum mereka sempat berteriak memberi tahu yang lain. Dan kejadian itu hanya disaksikan oleh Putri Sekartaji karena Balapati Kowo bersama rombongannya tengah fokus mengawasi sisi berbeda.

Hingga setelah tiba di sisi benteng. Balapati Kowo segera melompat tinggi membawa putri Sekartaji melewati benteng.

Begitu pula dengan senopati Wanokwaru bersama balapati yang lain.

Semua berhasil keluar dari markas bandit gunung tanpa diketahui.

Akan tetapi tepat ketika Balapati Kowo hendak membawa semua orang mendaki bukit tempat Rahyang berada, salah satu Balapati terjatuh, dan suara jatuhnya cukup keras sehingga para bandit penjaga gerbang berhasil mendapati mereka.

“Tawanan kabur! Tawanan Kabur!” seru salah satu bandit penjaga membuat semua bandit yang ada di dalam markas berlesatan mengejar mereka.

Bahkan para bandit yang masih beristirahat pun sontak terbangun. Semua bergegas keluar gubuk untuk mengejar rombongan Balapati Kowo.

“Celaka! Lari!” Balapati Kowo melesat menggunakan ilmu meringankan tubuh menapaki pucuk pepohonan menuju ke dalam hutan.

Sedangkan senopati Wanokwaru dan para balapati lain berlarian di bawah pohon karena tenaga mereka belum pulih sempurna. Terlebih tubuh mereka tengah mengalami luka.

Balapati Kowo berlari berlawanan arah dengan tempat Rahyang.

Ia tidak bisa menjangkau tempat tersebut karena terlalu tinggi.

Maafkan paman nak Whisan. Paman harap nak Whisan sudah pergi dari tempat itu,” Balapati Kowo cemas.

Lihat selengkapnya