Rahyang Whisanggeni

Pujangga
Chapter #13

Putri Sekartaji Garudeya

Sekeluarnya dari kolam air panas. Balapati Sutira, Manulamu, Balugu, dan Ganbu lantas menemui putri Sekartaji di dalam kamarnya.

Waktu itu sang putri tengah termenung mengkhawatirkan keselamatan balapati Kowo yang tiada lain adalah kakak dari ibunya.

Bahkan saat Balapati Kowo ditinggal di wilayah hutan siluman. Putri Sekartaji menangis tanpa henti meminta agar Senopati Wanokwaru kembali.

Hanya saja seperti pesan Balapati Kowo. Tugas utama mereka adalah keselamatan putri Sekartaji sehingga Senopati Wanokwaru menolak permintaan.

Hal itu membuat sang putri amat bersedih. Akan tetapi apa daya, ia yang hanya seorang gadis kecil tidak mampu berbuat apa-apa.

Mendapati sebagian balapati yang menjaga tengah pulih, sang putri lantas berlari menghampiri mereka untuk menanyakan bakar Balapati Kowo.

“Maaf gusti, Balapati Kowo masih belum sadarkan diri. Tapi gusti jangan khawatir, mungkin satu atau dua hari lagi beliau akan pulih,” ungkap Balapati Balugu menjawab pertanyaan Putri Sekartaji.

Putri Sekartaji merupakan putri tunggal kerajaan blangbangan.

Dia memiliki paras yang amat sangat cantik meski masih di usia 11 tahun.

Wajah putri Sekartaji begitu mulus dan bening layaknya bidadari.

Ia memiliki rambut panjang berwarna hitam legam yang sedikit bergelombang.

Dalam biasnya sinar rembulan atau di bawah terik mentari rambut putri Sekartaji akan berkilau bagai mutiara sehingga orang-orang menjulukinya sebagai putri Cahaya.

Hidung bangir dan bibir menawannya amat mempesona sehingga mampu membius siapa pun lelaki yang melihatnya.

Selain itu putri Sekartaji juga memiliki tubuh tinggi ideal. Kulit putih sebening salju dengan bulu alis yang indah seperti sutra.

Namun karena kecantikannya tersebutlah putri Sekartaji selalu berada dalam bahaya.

Banyak pendekar dan pangeran yang menginginkannya sehingga putri Sekartaji akan senantiasa dijaga ketat.

Tak ada yang tahu entah terdapat rahasia apa di dalam tubuh sang putri. Yang jelas banyak pihak yang mengincarnya.

Dan itu pula yang menjadi alasan mengapa Balapati Sutira selalu waspada. Termasuk terhadap Rahyang yang telah menyelamatkan nyawanya.

“Uwa,” Putri Sekartaji yang mendengar balapati Kowo masih dalam keadaan kritis amat bersedih.

Akan tetapi setelah itu dia teringat kepada Rahyang. Bocah lekaki yang sangat kejam.

“Bagaimana dengan anak lelaki itu paman?” tanya Putri Sekartaji.

“Sama seperti Balapati Kowo. Ia juga masih belum sadarkan diri gusti,” tutur Balapati Sutira.

“Tetap awasi dia paman. Anak lelaki itu terlihat seperti berandalan,” perintah putri Sekartaji.

“Sendiko gusti,” angguk Balapati Sutira yang masih berlutut.

“Paman semua bisa menjagaku di luar kamar. Aku ingin sedikit mendapatkan ketenangan,” pinta Putri Sekartaji.

“Perintah gusti putri segera kami laksanakan.”

Lihat selengkapnya