Karena Rahyang sulit dikendalikan dan bocah itu tidak memiliki tatakrama. Akhirnya Balapati Kowo pun membujuk Rahyang keluar penginapan dengan diiming-iming bahwa di luar terdapat kedai yang menjajakan berbagai makanan. Mulai dari makanan yang terbuat dari sayuran, buah-buahan, sampai daging panggang dan sup daging.
“Be-benarkah paman?” mata Rahyang melebar kegirangan.
“Tentu saja. Nak Whisan bisa memilih makanan mana yang nak Whisan suka, ayo,” jawab Balapati Kowo membenarkan.
“Hihihi, aku suka makanan paman. Ayo!” Rahyang berlari menarik tangan Balapati Kowo membuat pria kekar tersebut sedikit malu dengan tatapan semua pengunjung di penginapan itu.
Terlebih Rahyang masih mengenakan pakaian yang sama. Yanki sebuah pakaian yang sudah compang camping dan terdapat lubang di sana sini karena ia tidak memiliki pakaian lain.
Namun Rahyang sendiri tidak peduli.
Bocah itu tetap menarik Balapati Kowo ke luar dari penginapan.
Dan ketika tiba di jalanan, Rahyang langsung mematung akibat terpukau oleh kemegahan kota.
Mata Rahyang melebar melihat semua yang ada di sana.
Jalanan besar, bangunan-bangunan megah, toko kedai di sana- sini, bau harum makanan yang datang dari berbagai arah, serta manusia yang berlalau lalang membuat Rahyang hampir terharu menitikan air mata.
Bahkan Rahyang nyaris tertabrak sebuah kereta kuda yang melaju kencang dari arah belakang.
Beruntung Balapati Kowo segera menarik bocah itu ke pinggir jalan sehingga Rahyang tidak terlindas kereta kuda.
“Kurang ajar! Benda itu hampir membunuhku paman. Lepaskan, biar aku hancurkan!” teriak Rahyang marah.
Sontak saja Balapati Kowo langsung kembali menenangkannya, menjelaskan bahwa jalanan memang tempat kereta berlalu lalang. Dan Rahyang harus hati-hati jika tidak ingin tertabrak.
“Ta-tapi paman, mereka hampir membunuhku,” Rahyang masih kesal.
“Jangan diambil hati, nak Whisan. Di dunia yang luas ini kita tidak bisa membuat orang-orang berlaku sesuai keinginan kita. Ada aturan dan hukum yang harus kita ikuti, termasuk dalam berjalan di jalanan besar,” tutur Balapati Kowo.
“Apa aturan itu termasuk mengampuni benda yang nyaris membunuh kita paman?” tanya Rahyang heran.
“Be-benar,” angguk Balapati Kowo kebingungan.
“Begitu ternyata. Ya sudahlah, kali ini benda besar itu aku ampuni,” Rahyang menarik napas dalam.
Namun setelah itu, Rahyang meminta Balapati Kowo mengantarnya menuju kedai yang menjajakan makanan paling harum di sana.
Dan tempat itu adalah rumah makan besar yang berada tidak jauh dari penginapan.