Rahyang Whisanggeni

Pujangga
Chapter #18

Ketegangan Di Penginapan

Pagi-pagi di kota kerajaan Numarata. Gedung penginapan Rubuksiam gembar dikejutkan dengan adanya kereta kuda bangsawan Tumenggung Kalinga bersama 200 pasukan bersenjata lengkap.

Semua orang di penginapan termasuk pelayan dan pemilik penginapan tersebut panik berhamburan keluar.

Mereka berlutut menghadap kereta sang Tumenggung karena tidak merasa berbuat salah.

Dikirinya Tumenggung Kalinga berniat menyerang penginapan. Padahal pria gempal penguasa kota itu hanya ingin menemui Rahyang bersama rombongannya untuk dijemput ke kediaman dia.

“A-ampun gusti Tumenggung, ampun! Ja-jangan hancurkan penginapan kami. Sungguh kami tidak pernah melanggar aturan kota,” tubuh sang pemilik penginapan menggigil ketakutan.

Mendengar itu, Tumenggung Kalinga pun turun dari keretanya.

Dia mengerutkan kening menatap orang-orang yang ada di sana.

“Apa yang kau katakan Gurinda? Siapa yang akan menghancurkan penginapanmu?” Tumenggung Kalinga malah balik bertanya.

“Ja-jadi anda tidak ...?” sang pemilik penginapan yang bernama Gurinda terkejut bukan buatan.

“Hahaha, kalian salah sangka. Aku kemari bukan untuk membumi hanguskan penginapan. Aku datang hanya untuk menjemput tamu istimewaku,” Tumenggung Kalinga tertawa terbahak bahak.

“Ta-tamu istimewa?” semua orang mengerutkan kening. Termasuk beberapa pendekar yang merupakan pengunjung penginapan Rubuksiam.

“Benar! Mereka menginap di sini. Jangan bilang kalian pernah menyulitkannya karena menyinggung tamuku sama saja dengan hukuman gantung,” ujar Tumenggung Kalinga membuat semua orang ketakutan.

“Si-siapa tamu anda gusti? Sungguh kami tidak pernah menyulitkan siapa pun,” tutur Gurinda terbata.

“Rombongan saudagar yang membawa seorang anak lelaki. Jumlah mereka 8 orang, termasuk satu anak perempuan,” jawab Tumenggung Kalinga memaparkan.

Rombongan yang membawa anak lelaki?” semua orang bergumam serentak mengingat-ingat orang yang dimaksud berharap tidak pernah membuat masalah dengan mereka.

“A-apa mungkin anak lusuh yang suka ribut itu?” Gurinda langsung teringat kepada Rahyang dimana semalam Rahyang membuat keributan besar dengan berlarian kesana-kemari menginjak meja dan semua perlengkapan penginapan akibat dikejar oleh seorang anak perempuan yang amat sangat cantik.

“Apa mereka masih ada di sini?” tanya Tumenggung Kalinga tidak sabar.

Hal itu karena kemarin, Balapati Kowo meminta waktu satu malam untuk tetap beristirahat di penginapan.

Dia tidak bisa langsung pergi ke kediaman Tumenggung Kalinga dimana dirinya harus meminta persetujuan kepala terlebih dahulu, yakni Senopati Wanokwaru.

Alhasil pagi-pagi sekali, Tumenggung Kalinga segera mengumpulkan pasukan.

Dia ingin menyambut Rahyang dengan layak agar bocah itu tetap mau berkunjung ke rumahnya.

Terlebih Tumenggung Kalinga takut Rahyang sudah keburu pergi meninggalkan kota.

“Ma-masih, masih gusti. Ji-jika yang anda maksud adalah rombongan tuan Waru, maka mereka masih berada di penginapan kami gusti,” jawab Gurinda cepat.

“Hahaha, baguslah! Lekas beritahu mereka bahwa aku sudah datang untuk menjemputnya,” Tumenggung Kalinga memberi perintah.

“Ba-baik gusti, baik,” Gurinda bergegas berlari masuk ke dalam penginapan.

Sementara para pelayan dan semua pengunjung menelan ludah merasa bersyukur karena semalam mereka tidak jadi membentak Rahyang.

Padahal sebelumnya mereka merasa geram dengan Rahyang yang membuat keributan di penginapan. Namun beruntung Balapati Kowo berhasil membawa Rahyang kembali ke dalam kamarnya.

Lihat selengkapnya