Rahyang Whisanggeni

Pujangga
Chapter #22

Kerajaan dan Susunan Pemerintahan

”Bangsawan adalah mereka yang memiliki banyak kekayaan dan telah dinobatkan sebagai bangsawan oleh kerajaan, atau juga mereka yang berasal dari keluarga kerajaan, atau seorang yang ditunjuk oleh kerajaan sebagai pemimpin wilayah,” terang Senopati Wanokwaru.

“Fungsi bangsawan adalah sebagai kesetebilan pemerintahan. Baik dalam bidang pangan, ekonomi, kesejahteraan, kesehatan, maupun keamanan. Para bangsawan akan turut andil dalam setiap kebijakan pemerintah. Mereka wajib membantu dan mendorong kerajaan dalam berbagai hal. Dan sebagai imbalannya mereka akan mendapatkan perlindungan penuh dari kerajaan,” ungkap Senopati Wanokwaru panjang lebar.

“Jadi semakin banyak bangsawan di suatu kerajaan, maka kerajaan tersebut akan semakin besar? Begitukah paman?” ujar Rahyang yang lagi-lagi membuat Senopati Wanokwaru kembali terkejut.

“Benar,” angguk Senopati Wanokwaru.

Dia tidak habis pikir bagaimana Rahyang di usia semuda itu bisa sangat cerdas. Padahal bocah di usia tersebut seharusnya masih bermanja pada orang tua.

“Lantas mengapa kerajaan Numarata tidak menjalankan kewajiban perlindungan kepada bangsawan mereka, paman?” Rahyang kembali melontarkan pertanyaan.

“Itu dia yang sedang kita cari. Pasti ada masalah besar di kalangan pemangku kerajaan,” jawab senopati Wanokwaru.

“Mmm, aku mengerti sekarang,” angguk Rahyang.

“Di sana nak Whisan! Dia penasehat kerajaan Numarata,” Senopati Wanokwaru yang melihat penasehat kerajaan keluar dari istana segera berseru pada Rahyang untuk dilumpuhkan.

“Orang tua itu?” Rahyang memastikan.

“Benar! Dialah orangnya,” tegas senopati Wanokwaru.

“Baik! Wush! Sieng!”

Rahyang lantas melesatkan jarum cahaya ke arah sang penasehat dan tepat mengenai lehernya, membuat penasehat tua tersebut langsung ambruk menghantam tanah.

“Ayo!” Senopati Wanokwaru bergegas melompat diikuti oleh Rahyang.

Kemudian mereka membawa tubuh penasehat tua itu menuju bangunan kosong yang berada tidak jauh dari sana.

Lebih tepatnya gudang terbengkalai bekas penyimpanan pangan yang kini tidak lagi digunakan.

Senopati Wanokwaru lantas mengikat sang penasehat pada meja lusuh yang ada di sana.

Selanjutnya setelah Rahyang mencabut jarum cahayanya kembali, sang penasehat tua tersebut pun terbangun.

“Ka-kau ..., a-apa yang ingin Kalia ...! Emm, emmm, emmm,”

Sang penasehat tua berniat berteriak membentak Senopati Wanokwaru. Namun dengan cepat senopati Wanokwaru menyumpal mulutnya menggunakan kain.

“Diam atau aku bunuh sekarang juga!” tegas senopati Wanokwaru.

“Mmmm, mmmm, mmmm,” penasehat tua masih memberontak, berguling kesana kemari berusaha melepaskan diri.

Namun Tap!

Rahyang langsung menotok urat lehernya.

Lihat selengkapnya