Rahyang Whisanggeni

Pujangga
Chapter #23

Ajian Ilusi Pemecah Sukma

Ajian Ilusi Pemecah Sukma memang merupakan ajian misterius yang Rahyang dapatkan dari Gumbara.

Ajian tersebut memiliki 7 tingkat yang setiap tingkatannya mengandung dampak yang mematikan.

Namun di tangan orang yang tepat, ajian tersebut bisa digunakan untuk memecah sukma seseorang agar tubuh orang itu bisa dikendalikan.

Dan Rahyang merupakan satu dari beberapa pemilik Ajian Ilusi Pemecah Sukma di masa lalu selain Gumbara yang bisa melakukannya.

Bahkan Rahyang mampu menguasai dasar AJian tersebut di usianya yang masih sangat muda.

Sementara Gumbara menguasai ajian itu ketika dirinya sudah menjadi pendekar besar.

Jadi jika Gumbara dan Yankesa adalah jenius dunia persilatan yang lahir setiap 1000 tahun kekali, maka Rahyang merupakan puncak dari kejeniusan keduanya.

Entah memang sudah menjadi takdir atau hanya keberuntungan Rahyang bisa berguru pada mereka. Yang jelas di tangan Rahyang, setiap Ajian milik Gumbara maupun Yankesa berkemungkinan memiliki kekuatan yang berkali-kali lipat.

Tidak ada yang tahu entah siapa Rahyang sebenarnya. Anak itu sangat tertutup terhadap jati dirinya. Bahkan kepada Yankesa maupun Gumbara sekali pun. Dia tidak pernah mengungkapkan siapa dan dari mana asalnya.

Sementara Senopati Wanokwaru hanya bisa menelan ludah mendengar semua penjelaskan Rahyang terhadap Ajian Ilusi Pemecah Suksa.

Dia tidak bisa memaksa Rahyang untuk mengungkap siapa gurunya. Yang jelas kini Senopati Wanokwaru semakin yakin bahwa Rahyang bukanlah anak sembarangan.

Jika tidak berasal dari perguruan besar. Maka Rahyang mungkin merupakan anak dari pendekar maha sakti yang bisa jadi keberadaannya hanya berupa legenda.

“Di-dia benar-benar berbahaya,” Senopati Wanokwaru kembali menelan ludah.

“Apa yang akan kita lakukan kepadanya paman?” Rahyang menanyakan nasib Ki Kulo Rungu yang kini tidak lagi mereka butuhkan.

“Biarkan saja di ini Nak Whisan. Dia bisa menghalangi tujuan kita,” jawab Senopati Wanokwaru.

“Jadi sekarang kita menuju kediaman raja, paman?” tanya Rahyang memastikan.

“Be-benar,” angguk Senopati Wanokwaru yang lagi-lagi terkejut dengan cara berpikir Rahyang.

“Hihihi, aku penasaran seperti apa kamar seorang raja,” Rahyang terkekeh padahal ia saat itu akan menghadapi banyak penjaga.

“Kau terlalu menakutkan nak Whisan,” ungkap Senopati Wanokwaru tidak lagi menyembunyikan perasaannya.

“Mengapa harus takut paman. Akukan bukan siluman, apalagi harimau yang memangsa manusia, hihihi,” celoteh Rahyang polos.

“Pa-paman mengerti. Ayo sebaiknya kita bergegas,” Senopati Wanokwaru menggeleng tidak tahu entah harus menjelaskan apa kepada Rahyang.

Lihat selengkapnya