Rahyang Whisanggeni

Pujangga
Chapter #25

Keputusan Balapati Kowo

“Jumlah pasukan Bandit gunung lebih dari 5000 orang. Aku tidak yakin mereka menyerang dari satu sisi,” ungkap Balapati Kowo.

“Ma-maksud anda?” Tumenggung Kalinga bersama semua bangsawan terkejut.

“Pasukan bandit gunung yang tengah bertempur saat ini hanya sekitar 1500 orang. Itu artinya masih ada pasukan lain. Aku kira menyerang mereka hanya akan mempercepat kematian kita,” jawab Balapati Kowo menjelaskan membuat semua orang mematung pucat.

“Ja-jadi apa yang harus kita lakukan Tuan Taji?” tanya salah satu bangsawan.

“Kita tetap pada rencana awal. Bertahan di sini seraya menunggu bantuan dari kerajaan. Sedangkan terkait pasukan bandit gunung, biarkan mereka saling bertarung dengan komplotan perampok janggut merah. Dengan begitu jumlah musuh akan berkurang,” Balapati Kowo memaparkan.

“Tidak kusangka mereka ternyata saling bermusuhan,” Tumenggung Kalinga tak habis pikir karena tidak tahu menahu terkait perselisihan kedua komplotan penjahat tersebut.

“Itu sebuah keberuntungan besar bagi kita, Tumenggung,” ujar Balapati Kowo.

“Be-benar tuan Taji. Namun mengapa jumlah komplotan Perampok Janggut Merah hanya sedikit? Apa mungkin mereka juga membagi arah penyerbuan?” tanya Tumenggung Kalinga bingung karena seharusnya perampok Janggut Merah juga memiliki banyak pasukan.

“Aku tidak tahu Tumenggung. Itu bisa saja terjadi,” jawab Balapati Kowo.

Mendengar itu semua para bangsawan pun bergegas kembali ke posisi masing-masing.

Mereka tidak memiliki pilihan lain selain bertahan sehingga seluruh sudut wilayah kediaman Tumenggung Kalinga harus dijaga ketat.

Sedangkan Balapati Kowo kembali melesat keluar dari kediaman Tumenggung Kalinga.

Namun kali ini dia tidak sendiri. Tetapi ditemani oleh 10 kepala pasukan guna kembali mengamati jalannya pertarungan kelompok bandit dan perampok.

Seperti dugaan Balapati Kowo. Pertempuran itu ternyata dimenangkan oleh kubu bandit gunung.

Baron Waja berhasil dikalahkan. Namun pemimpin tertinggi perampok janggut merah tersebut tidak dibunuh. Melainkan ditangkap untuk kemudian diserahkan kepada pemimpin tertinggi bandit gunung.

Sementara Sulastri berhasil melarikan diri bersama beberapa wakil ketua.

Sedangkan 300 pasukan perampok janggut merah tewas secara mengenaskan.

Namun kematian mereka tidak sia-sia karena hampir 600 pasukan musuh juga berhasil dibumihanguskan.

“Lepaskan! Lepaskan aku sialan! Ayo kita bertarung sampai mati!” Baron Waja yang terikat rantai terus meronta.

Terdapat luka lebar pada punggungnya yang menggambarkan bahwa dia kalah karena diserang dari belakang.

“Hahaha! Kau akan menjadi santapan pemimpin kami Baron! Itulah balasan bagi manusia yang berani menentang Bandit Gunung yang agung,” wakil ketua Junta tertawa.

Dia amat senang karena telah berhasil menangkap ketua perampok Janggut Merah dimana selama bertahun-tahun, komplotan Baron Waja ini sulit sekali dihadapi.

Namun akibat dari pertempuran tersebut mereka juga mengalami kerugian. Terlebih saat ini hari sudah memasuki malam sehingga tidak mungkin melanjutkan perburuan.

Lihat selengkapnya