Rahyang Whisanggeni

Pujangga
Chapter #26

Kenyataan Raja Numana

Setelah mempertimbangkan segala kemungkinan. Bapalati Kowo yang tadi terdiam pun akhirnya kembali berbicara.

“Aku tahu kalian bingung. Aku paham mengapa kalian bimbang. Semua memang masih abu-abu. Namun yang jelas nyawa semua orang di kota ini sedang terancam. Tidak peduli apa pun tujuan musuh, kita tetap harus bertahan,” ujar Balapati Kowo membuat semua orang terdiam.

“Ka-kami mengerti tuan Taji,” angguk Tumenggung Kalinga kemudian.

Hanya saja bangsawan Buldaru masih bersikeras ingin menyerang musuh waktu itu juga.

Dia berpikir saat ini musuh sedang dalam kondisi tidak menguntungkan. Terlebih mereka baru saja melakukan pertempuran.

Bangsawan Buldaru rasa pihaknya pasti akan menang dan kota akan selamat sehingga tidak sedikit bangsawan lain yang mendukung ide-nya.

Namun semua dibantah oleh Tumenggung Kalinga.

Sang Tumenggung masih percaya pada pernyataan Balapati Kowo terkait masih terdapat pasukan bandit gunung lain di tempat yang dia sendiri tidak ketahui.

“Jangan bodoh! Kekuatan kita sangat terbatas. Bisa jadi musuh sengaja belum menunjukan taringnya untuk menjebak kita,” tegas Tumenggung Kalinga.

“Tumenggung benar. Para Bandit Gunung adalah komplotan penjahat yang pintar. Mereka pasti tahu kita sudah menyiapkan jebakan,” Balapati Kowo ikut meyakinkan.

Terlebih masih ada sisa kelompok perampok Janggut Merah yang mungkin akan kembali datang untuk membuat perhitungan.

Apalagi sebagian dari mereka ada yang berhasil menyelamatkan diri dan tahu bahwa pemimpin tertingginya ditangkap oleh musuh sehingga hari esok akan menjadi penentuan apakah kota raja akan hancur atau pihak kerajaan mau menurunkan pasukannya untuk membantu melindungi kota.

Balapati Kowo berusaha membujuk agar para bangsawan tetap bersatu.

Dan pada akhirnya ia berhasil.

Semua bangsawan tetap akan bertahan di wilayah kediaman Tumenggung Kalinga seperti apa yang sudah menjadi rencana mereka.

Sementara tanpa orang lain ketahui, saat ini Rahyang bersama Senopati Wanokwaru masih berjuang.

Keduanya bertarung sengit melawan 200 pasukan elit demi bisa menemui raja Numana.

Di sana Rahyang sempat menggunakan ajian jarum perenggut jiwa untuk melumpuhkan sebagian besar pasukan.

Akan tetapi pasukan lain berdatangan.

Rahyang dan Senopati Wanokwaru dikepung dari berbagai arah. Namun keduanya tidak gentar.

Wush! Sring!

Tiga pedang tajam terayun menuju leher Rahyang yang sedang menahan serangan lain menggunakan senjata lawan yang dia pungut sebelumnya.

Pendekar biasa pasti akan mati oleh ketiga pedang tersebut karena datang dari tiga arah berbeda.

Namun Rahyang tidak. Tubuhnya bergerak sendiri melompat menapaki langit-langit, membuat ketiga pedang lawan saling beradu berbenturan.

Trang!

“Ke-kemana bocah itu?” ketiga pasukan elit saling berpandangan karena tidak bisa melihat pergerakan Rahyang.

“Hihihi, aku di atas kalian!” Rahyang terkekeh berdiri terbalik pada langit-langit ruangan.

Lihat selengkapnya