Rahyang Whisanggeni

Pujangga
Chapter #31

Bantuan

Andai tidak ada pasukan, mungkin kelima wakil ketua Bandit Gunung di sana bukan masalah bagi Rahyang. Bocah kecil itu dapat dengan mudah membunuh mereka semua.

Namun pasukan bandit yang juga terus menyerang telah menyita konsentrasi Rahyang, membagi perhatiannya sehingga Rahyang kesusahan.

“Sialan! Aku akan mati jika begini,” Baron Waja menggerutu tidak habis pikir mengapa dirinya bisa dikendalikan oleh seorang bocah kecil.

“Semua juga akan mati tuan. Tapi usahakan jangan mati di sini!” ujar Rahyang menanggapi.

“Tengik cebol! Ini semua karena kau sialan!” maki Baron Waja.

“Hihihi! Salahmu karena mengikutiku,” Rahyang terkekeh.

“Bedebah!” Baron Waja mengamuk mengambil salah satu tombak milik musuh dan melesat secara membabi buta membantai siapa pun yang ada di hadapannya.

Bahkan Rahyang sekali pun hampir saja ditusuknya. Namun beruntung Rahyang memiliki insting raja sehingga dia bisa menghindar dengan tepat.

“Oi tuan! Apa kau lupa memiliki hutang padaku hah!” seru Rahyang kecewa.

“Aku tidak sengaja! Tapi tidak masalah juga jika kau mati ditanganku!” ujar Baron Waja tidak peduli.

“Haih! Orang tua memang begitu. Mereka terlalu egois,” Rahyang menggeleng sembari memukul mundur ratusan prajurit musuh yang menyerangnya.

Akan tetapi kelima wakil ketua bandit kembali datang.

Mereka ternyata cukup pintar. Para ketua bandit itu akan menyerang di saat Rahyang sedang lengah. Dan hanya Rahyang yang menjadi incarannya karena Rahyang sudah membunuh banyak pasukan mereka.

Sring! Cruat!

Rahyang menggigit bibirnya sendiri menahan sakit terkena tebasan salah satu tombak wakil ketua bandit.

Ternyata insting raja tidak terlalu berguna jika Rahyang kehilangan konsentrasi.

Rahyang tidak mengerti entah mengapa atau memang dirinya telalu mencemaskan keselamatan para penduduk kota.

Semakin lama, energi milik Rahyang dan Baron Waja semakin terkuras.

Sedangkan dua pusaka yang Rahyang simpan di dalam tubuh belum kunjung bisa dikeluarkan.

Alih-alih bisa memunculkan keris Santoro Rogo  dan Pedang Pusaka Malam, Rahyang malah semakin terluka akibat serangan ke lima wakil ketua bandit.

Banyak darah yang mengucur dari tubuh Rahyang. Dan begitu pula dengan Baron Waja.

Keduanya mulai sulit melihat serangan lawan akibat mata yang sudah berkunang-kunang.

Sementara pasukan musuh masih banyak. Bahkan masih tersisa seribu lebih pasukan sehinga nyawa keduanya benar-benar dalam bahaya.

Akan tetapi tepat ketika semua nyaris terlambat. Muncul Sulastri bersama 1500 pasukan Perampok Janggut merah.

“Kakang!” Sulastri melompat tinggi menggunakan ilmu meringankan tubuh.

Perempuan itu langsung menyangga tubuh Baron Waja yang hampir tumbang akibat kehilangan banyak darah.

Lihat selengkapnya