Raihan membuka akun instagram dan mendapatkan pemberitahuan permintaan untuk mengikuti. Karena akun di setting privacy, jadi setiap pengikut baru harus disetujui terlebih dulu oleh pemilik akun. Raihan melihat siapa yang ingin mengkutinya. Seorang perempuan bernama Karina Deanita. Raihan tak langsung menerima permintaan itu, ia melihat-lihat foto yang di-posting Karina di akun instagram-nya. Raihan mengenal sosok perempuan dalam akun instagram itu. Ya, dia adalah Karina, tetangga yang tinggal di depan, perempuan berwajah manis dan seorang dokter. Foto-foto yang di-upaload Karina juga banyak memperlihatkan kesibukannya ketika berada di rumah sakit. Raihan menerima permintaan yang diminta oleh Karina dan ia juga mengikuti balik, tanpa harus menunggu persetujuan karena akun instagram Karina memang tidak di-privacy.
Iseng Raihan mengirim pesan langsung ke instagram Karina.
[Hai, Karina. Kok, bisa tahu akun IG, saya?]
Beberapa detik kemudian pesan yang dikirim Raihan dibalas.
[Coba-coba aja, nyari nama Raihan. Banyak, sih. Aku sempat bingung juga, tapi akhirnya ketemu.]
[Bisa tepat sasaran, ya? Nggak salah orang?]
[Wajah kan, nggak mungkin salah. Kecuali kalau kau menggunakan foto aktor Korea. Hahaha ....]
Raihan kembali menilik satu demi satu foto-foto Karina, ia menyukai beberapa gambar dan memberikan komentar. Setelah itu, Raihan menerima banyak notifikasi kalau Karina juga menyukai dan berkomentar pada foto-fotonya yang lebih didominasi pada kegiatan sehari-sehari di lokasi syuting.
[Kau ganteng juga, ya?]
Sebuah pesan masuk dari Karina. Raihan terpana, belum pernah ia dipuji seperti itu oleh perempuan yang baru saja dikenal. Agaknya begitulah permpuan kota. Mereka lebih berani mengekspresikan dirinya. Memuji atau bahkan terang-terangan mengatakan suka lebih dulu bukanlah hal yang tabu untuk dilakukan. Raihan membalas pesan Karina.
[Kau juga, dokter lagi. Hebat!]
[Masa sih, aku ganteng?]
[Maksudku kau itu cantik.]
[Nah, begitu dong, biar jelas.]
Melalui pesan di instragram mereka pun saling bertukar nomor telepon. Setelah itu percakapan pindah ke whatsapp, lebih praktis dan mereka terlibat pembicaraan hampir tengah malam. Begitulah hidup di tengah kota metropolitan yang sibuk dengan mobilitas tinggi. Kau kekurangan waktu untuk bergaul dan bertatap muka secara langsung dengan teman atau tetangga. Telepon seluler adalah pilihan satu-satunya untuk mendekatkan jarak yang terasa jauh.