Rain of Love in the Afternoon

Nisa Jihad
Chapter #1

Prolog

Aku pernah bermimpi menemukanmu dalam persembunyianmu, seolah mimpi itu seperti nyata, apakah kamu orangnya?

Jika iya, aku ingin kita saling mendokakan dan saling menjaga hati yang telah Tuhan titipkan.

__________________________________

Annisa Mentari Putri, namanya cantik secantik pemiliknya. Gadis yang tumbuh menjadi sosok muslimah yang anggun, sopan, dan ramah. Awal yang sulit telah ia lalui, mulai dari berhijrah, sampai dia yakin dan mantap, kalau dirinya akan terus menjaga bagian terpenting dalam dirinya, yaitu menjadi muslimah seutuhnya.

Annisa sendiri berubah secara perlahan, karena menurutnya perubahan yang baik, adalah dia yang mau membenahi diri secara perlahan tapi pasti, jangan terlalu buru-buru, semua butuh proses.

Sampai pada akhirnya Annisa sadar kalau dirinya sudah mantap, menutup semua auratnya. Seiring berjalannya waktu, hingga usianya sudah menginjak 22 tahun, Annisa diminta oleh ayahnya untuk meluangkan waktu sejenak. Alasannya ingin mengobrol, kaerena kangen, tapi lama-kelamaan arah perbincangan mereka beralih topik.

"Aku mau, asalkan itu yang terbaik untukku, aku percaya Ayah dan Ibu memilihnya bukan tanpa alasan."

Setelah perbincangan itu, Annisa memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Mengingat malam di mana dirinya harus melepas masa lajangnya dengan ta'arufan bersama pria yang sama sekali belum pernah ia temui.

Keesokan paginya, Annisa kembali beraktivitas seperti biasa, membantu ibunya di dapur, membereskan rumah, kegiatan rutin setiap pagi, sebelum ia berangkat bekerja tanpa mengeluh. Ia memang rajin, selalu bangun di pukul 3 pagi, selain untuk sholat malam, ia juga meluangkan waktunya untuk membaca Al-qur'an, sambil menunggu waktu subuh.

Mungkin hanya itu kegiatannya, tapi tidak. Pekerjaannya di luar sanalah yang sudah menunggunya. Dia bekerja di sebuah perusahaan terkenal yang ada di Jakarta. Dia diterima sebagai sekertaris di sana. Gajinya juga lumayan, tapi Annisa tidak mementingkan urusan uang, ia hanya ingin mandiri.

"Nis, kamu yakin sama ucapanmu semalam, Sayang?" tiba-tiba Bu Nuri bersuara.

Lihat selengkapnya