"Ah, besok adalah hari ulangtahunku," ucap Sierra dalam hati sembari menghembuskan nafas dengan malas.
Dulu, ia sangat menantikan hari-hari seperti itu. Hari dimana Surya dan Anna akan tersenyum bahagia, memeluknya, dan mengucapkan harapan-harapan mereka untuk Sierra. Tetapi, kenyataan bahwa kedua orangtuanya kini telah tiada membuat gadis itu merasa kalau hari ulangtahun tidak lagi penting baginya.
"Kenapa kau melamun begitu?" tanya Eva yang entah sejak kapan berdiri di dekat Sierra.
Eva menatap Sierra sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Meski berwajah cantik, Sierra tetap terlihat seperti boneka yang tidak akan laku terjual di toko manapun. Diam dengan wajah datar, sungguh tak menarik.
"Kapan kau datang?" tanya Sierra heran, ia sangat jarang menyadari kedatangan Eva yang sering kali tiba-tiba.
"Baru saja, kau bahkan tidak sadar sosok gadis secantik ini berkunjung ke rumahmu,” ucapnya sembari tersenyum bangga.
Sierra memutar kedua bola matanya dengan malas. Jika tak memuji diri sendiri, bukan Eva namanya. Sudah dua tahun berlalu sejak kejadian tragis yang menimpa kedua orangtuanya. Tetapi, kenangan itu terus bergejolak menuntut agar hatinya tidak merasakan kebahagiaan.
Hampir setiap hari Eva menghampiri sahabatnya karena khawatir. Bagaimana jika tiba-tiba saja hujan dan Sierra sendirian di rumah? Mengingat kejadian dulu, dimana Sierra mencoba untuk menyakiti dirinya sendiri saat sendirian dan sedang hujan, membuat Eva cukup trauma. Selain itu, ia juga ingin agar gadis itu tidak merasa kesepian akibat libur panjang ini.
Meskipun ada Mia yang tinggal bersamanya, Eva merasa Sierra tetap akan membutuhkan gadis seusianya untuk menemaninya. Mia juga masih harus bekerja dari pagi hingga sore hari, dan itu normalnya. Jika sedang lembur, ia bisa pulang sampai larut malam. Saat-saat itulah Sierra akan merasa sangat kesepian.
Titis yang merupakan pembantu di rumahnya datang setiap pukul 6 pagi dan pulang saat pukul 12 siang, sekedar bersih-bersih dan melakukan pekerjaan rumah lainnya. Itu semua adalah kemauan Sierra, ia tak nyaman jika harus seharian penuh bersama Titis. Sierra juga tak banyak berkomunikasi dengannya, ia merasa belum bisa terlalu akrab dengan Titis yang baru di pekerjakan selama enam bulan oleh Mia.
Setelah kematian Surya dan Anna, Sierra belum mau ada sosok maid di rumahnya. Sierra berusaha memperlihatkan bahwa ia bisa melakukan semuanya sendirian, tanpa bantuan dari siapapun. Saat pertama kali Mia pindah ke rumahnya pun ia sama sekali tak ingin bicara, dan bahkan mengabaikannya. Padahal, sebelumnya Sierra cukup dekat dengan Mia dan bersikap manis padanya.
Setelah terus berusaha mendekatkan diri dengan Sierra, akhirnya gadis itu sedikit melunak dan menerima permintaan Mia yang ingin mempekerjakan seorang maid. Baik Sierra maupun Eva, mereka tengah menunggu waktu hingga perkuliahan dimulai. Tahun ini adalah tahun pertama mereka menjadi seorang mahasiswa.
Sebetulnya, Sierra belum ingin kuliah dan rencananya mau mulai tahun depan saja. Tetapi, Mia dan juga Eva berusaha membujuknya agar mau kuliah tepat waktu bersama dengan Eva. Setelah hampir sebulan, gadis itu akhirnya berhasil dibujuk. Sierra dan Eva mendaftar di salah satu kampus swasta yang cukup terkenal, dan mereka pun juga sudah diterima. Eva sangat bersemangat menanti perkuliahan dimulai, berbeda dengan Sierra yang memang kuliah tanpa adanya niat.
Gadis itu hanya berharap agar hari-harinya sebagai mahasiswa nanti akan berjalan dengan normal dan tanpa gangguan sama sekali.
Sejak kematian Surya dan Anna, Mia pindah ke rumah mereka, menjaga dan juga merawat anak perempuan tunggal saudari dan iparnya itu dengan penuh kasih sayang. Meskipun sikap gadis itu selalu tak acuh padanya, Mia tetap berusaha semaksimal mungkin agar Sierra tidak merasa sendirian. Ia paham betul, musibah dua tahun lalu yang menimpa Sierra terlalu berat bagi gadis berusia 16 tahun.