Rain (The Past; Painful)

Rain
Chapter #2

Perkenalan

Juli 2007 _ SMP (Sekolah Menengah Pertama)

Selamat pagi dunia. Hari ini langit sangat cerah. Semoga hari pertamaku menginjakkan kaki di sekolah juga cerah. Perkenalkan, namaku Rain. Jangan bertanya tentang nama panjangku, sebab jika ada pertanyaan itu jawabannya hanya Rain. Entah alasannya apa yang pasti namaku, Rain.

Bukan rain tapi Rain. Dan aku suka hujan. Kenapa? Karna aku merasa hanya hujanlah temanku. Saat hujan, aku merasakan ketenangan yang selalu aku harapkan. Saat hujan pula, aku dapat merasakan kenyamanan. Hanya hujan, entah karna namaku Rain atau karna kenangan hangat yang aku punya saat dulu sebelum semuanya berubah. Yang pasti, aku suka rain dan aku nyaman bersamanya.

Hari ini aku sangat bersemangat. Alasannya? Karna pada akhirnya aku berhasil lolos tes masuk di salah satu sekolah ternama di kota Bekasi. Dan hari ini adalah hari pertamaku. Aku sangat bersyukur karna dapat bersekolah tanpa harus menyusahkan bapak ataupun mama, sebab aku berhasil mendapatkan beasiswa penuh dengan syarat setiap semester aku harus meraih juara umum. Itulah janjiku. Jika tidak, aku harus bersiap menerima konsekuensinya yaitu dikeluarkan dari sekolah. Entah keberanian dari mana, tapi yang pasti aku harus sekolah dan aku pasti bisa berhasil mendapatkan juara umum di setiap semesternya. Semangat, Rain!

Selain itu, hari ini yang membuatku bersemangat adalah aku mengenakan seragam sekolah lengkap dengan atributnya seperti sepatu dan tas serta alat tulis yang dengan susah payah bapak belikan untukku. Dan aku harus menjaganya dengan baik karna bapak berpesan bahwa bapak hanya bisa membelikan perlengkapan sekolah sekali ini saja dan ini semua harus awet hingga aku lulus. Aku jadi teringat kata-kata bapak kemarin.

“Rain, Bapak minta maaf perlengkapan sekolahnya hanya ini yang bisa Bapak beli untuk kamu sekolah. Ini pun kamu harus jaga dengan baik agar awet sampai nanti kamu lulus, ya. Bapak belum bisa belikan kamu seragam pramuka, gak apa-apa kan?” Kata bapak tertunduk lemas.

“Gak apa-apa, Pak. Rain kan bisa pakai seragam putih-biru ini pada hari Senin sampai Jum’at. Sedangkan hari Sabtu, aku bisa pakai baju olahraga yang dikasih sekolahan he he..,” Aku mencoba menunjukkan seragam olahragaku pada bapak, “Lagi pula, yang terpenting kan seragam putih-biru. Aku pasti jaga dengan baik sepatu ini, Pak! Apalagi aku suka sepatu ini. Aku tidak mau ganti-ganti lagi he he.” Aku berusaha meyakinkan bapak yang merasa bersalah.

‘Pokoknya Bapak tenang aja, aku pasti bisa menghadapi semuanya. Tas dan sepatu pasti aku rawat. Soal alat tulis, kalau dapat juara biasanya kan dapat hadiah, siapa tau hadiahnya alat tulis he he..,’ Lanjutku dalam hati seraya tertawa menunjukkan deretan gigi dengan yakin.

Bapak juga berpesan agar aku tidak menyebabkan keributan apalagi mencari masalah dengan teman-teman di sekolah. Karna itu bisa menjadi penyebab beasiswaku dicabut. Aku harus jadi gadis yang baik dan fokus belajar!

Pukul 06.30 Pagi

Aku sudah tiba di depan gerbang sekolah. Aku sangat takjub dengan sekolahku ini. Bangunannya sangat bagus. Belum lagi bertingkat hingga 3 tingkat dan sangat luas. Apa aku tidak akan tersasar di sini? Batinku.

Aku mulai memasuki gerbang sekolah. Terlihat Pak Satpam tersenyum padaku. Aku membalasnya. Awalnya aku khawatir apa mungkin aku terlambat? Karna saat aku masuk dari luar gerbang tidak ada anak lain yang terlihat. Hanya ada beberapa kendaraan seperti mobil yang masuk ke dalam. Tapi, saat aku sudah masuk di dalam ternyata mereka yang keluar dari mobil adalah siswa dan siswi. Sepertinya mereka sekolah diantar-jemput sopirnya. Ternyata ini betul-betul sekolah yang sangat elite. Bahkan aku tidak melihat satu pun murid yang berjalan kaki datang ke sekolah. Tidak, ada satu yaitu aku. Ya, hanya aku. Tapi, aku tidak peduli yang terpenting aku sekolah. Dan aku harus semangat!

Tepat jam 06:30, aku harus bergegas mencari kelasku. Karna hari ini adalah hari Senin, ada upacara sekaligus pidato penyambutan siswa baru dari kepala sekolah. Aku mendapati setiap petunjuk kelas yang cukup jelas. Ternyata tidak serumit yang aku pikirkan. Ada petunjuk yang diletakkan di setiap bagian atas koridor kelas yang menandakan arah menuju kelas, tingkatan (VII,VIII,IX) serta klasifikasi kelas dari A hingga K. Kelas VII terletak di sebelah kiri dari arah pintu masuk, sedangkan kelas VII terletak di sebelah kanan dari arah pintu masuk dan kelas IX terletak di ujung koridor yang mendekati taman sekolah.

Aku langsung berjalan ke koridor sebelah kiri. Hal pertama yang aku cari adalah Papan Pengumuman atau Mading —Majalah Dinding . Sebab Pak Muchlis memberitahuku, bahwa segala pemberitahuan kesiswaan termasuk pemberitahuan daftar kelas untuk siswa baru ditempel di Papan Pengumuman sekolah dan setiap tingkatan kelas memilikinya masing-masing satu. Jadi, tidak perlu repot. Setelah kudapati lokasi Papan Pengumuman, aku langsung mencari informasi daftar nama siswa baru beserta penempatan kelasnya. Aku langsung mencari nama dengan awalan huruf ‘R’. Dengan cepat aku berhasil menemukan namaku,

- Class: F/ Rain

‘Waahh.., sepertinya kelasku di lantai 2. Asiik, jadi bisa lihat pemandangan dari atas he he...’

Tanpa berpikir lagi, aku langsung berlari ke arah tangga menuju lantai 2. Aku menaiki setiap anak tangga hingga ke lantai 2. Ternyata cukup menguras tenaga juga, yah. Akhirnya aku sampai tepat di depan kelas. Aku melihat ke sekitar, sudah ada beberapa siswa yang datang dan duduk di kursi yang mereka pilih. Sepertinya mereka juga sudah ada yang saling berkenalan dan berteman. Mungkin(?).

Aku melihat satu kursi kosong paling depan barisan ke 2 dari pintu masuk. Di sebelahnya ada seorang siswi cantik berkulit putih. Kelihatannya dia orang yang ramah. Semoga kursi itu bisa aku duduki. Aku langsung menghampiri siswi tersebut.

“Hai,” Sapaku tersenyum padanya.

Lihat selengkapnya