Raindu

M. Yusuf Kamal
Chapter #6

#6

“Aseep! Baru datang kesini lagi, kemana aja??” diciuminya lengan perempuan berumur lima puluh tahun, tersenyum sumringah.

“Emak apa kabar?” Malun duduk, menghempaskan punggungnya ke bangku.

kopi diaduk.“Sehat, Aseep?” tangannya.

Kebiasaan, ngaret! Gerutunya

“Si kambing sama si geulis nggak ikut kesini atuh?” Emak menanyainya, lalu duduk. Matanya mengamati kepenggorengan.

“Lagi di jalan, Mak.”

“Syukur pada sehat Aseepp!! Emak meni kangen gini atuh...” sebutan Asep sendiri itu oleh Emak sewaktu baru ketemu eh sampe sekarang.

“Iya, Mak, banyak tugas dari sekolah. Penting Emak sehat selalu.”

Emak sibuk mondar-mandir membawa nampan berisi teh hangat dan mi rebus. Warkopnya selalu ramai, tidak pernah sepi dan berdiri sejak 2008 lalu.

Adam dan July kejebak macet. Malun menelepon July memberi tahu dirinya sudah sampai duluan di warung. Mereka berdua masih di atas motor, klakson sana-sini. Padahal mah santai aja nanti juga maju, Wakanda!

“Dam, cepetan napa!” gerutu July kesal.

“Gimana mau maju, orang macet. Sabarlah.” katanya kesel juga. Adam pun sama sedari dari tadi nggak maju-maju.

“Bentar.” kedua tangannya merogoh sesuatu kedalam saku jaket.

“Heh! Ngapain?” menepuk bahu Adam.

“Kotak, bawah, L2, atas, L1, bulat, atas, x, kiri.” komat kamitnya.

Menoleh pada July. “Pegangan, Juuull!.”

“Astasagaaa. Ngapain Adam!”

“Kita terbang, Jul. Pegangan yang kencang.” July menahan tawa dengan kelakukan Adam dari dulu nggak pernah berubah soal melawak.

Setibanya depan warkop, mereka turun turun dari motor. Tetapi tak langsung masuk, Adam menelepon Malun. Terlihat Malun sedang menonton televisi, kepalanya sedikit mendongkak.

Lihat selengkapnya