°°°°
“Hallo, apakah benar ini dengan saudara July?” suaranya dibuat-buat supaya tak mengenali, macam pelanggan menanyakan stok makanan, begitulah kiranya.
“Iya, benar. Ada yang bisa saya bantu?” suara July mirip kayak mbak resepsionis, aslinya jauh beda sekali, cempreng.
“Saya pengin pesan kopi tubruk tolong gulanya ditambahin gula aren, ya. Ditunggu tahun depan.” telepon genggam dijauhkan agar tak terdengar suara tawa Malun terbahaknya.
“Woi... Siapa dan di mana siapa?” panggilan berubah suara, bukan dari seorang perempuan melainkan suara laki-laki, diberat-beratkan. Malun tahu siapa itu;
“Lha, Adam, kok ada, ya?” gumamnya.
“Loh... Bapak Adam. Sejak kapan Anda berada disitu?” Sementara di meja cafe dan kopi baru saja dibuat oleh barista terbaik sejagat maya yaitu July, July menaha agar tidak tertawa. Senang bisa dengar mereka bercandaan lagi kayak dulu.
“Baru saja sampai di sini, Pak.” suaranya rada serem gitu, asli. Ngomong biasa saja suaranya berat, kaya bapak-bapak petani.
“JURAGAN OTW KESITU, SIAPKAN KARPET MERAH,” pintanya tegas, lagaknya anak muda satu ini. Kerjaan rebahan, tidur, gitu aja terus.
“Taik kucing!” sungut Adam sambil tertawa-tawa kecil.
Malun memarkirkan motornya lalu masuk ke dalam cafe yang lumayan cukup ramai oleh manusia berbagai jenis keunikannya. Di pojokan cafe terlihat dua orang sahabatnya lagi berbincang-bincang.
“Hahahaha.”
“Eh.. Malun.” menyadari Malun datang tanpa diketahui, sontak kedua duanya itu kaget.
“Kenapa lo ketawa-tawa, kesurupan kutilanak, yaa ...” ucap July sembarangan, Malun duduk di samping July, seberang meja ada Adam.
“Kopi tubruk satu, Jul,” titahnya langsung kepada July tanpa basa-basi ngobrol dulu.