“Ibu kamu tadi sms tante,” katanya, “ ibu sama si Pyan pergi ke rumah kakek, kata ibu kamu mau nginap apa mau nyusul ke sana?” belum juga selesai bertanding bersama adik Farah, skor masih seri, babak kedua dimenit 80. Malun menyudahi pertandingan setelah mendengar ucapan tantenya. Dia menyusul duduk di sofa terdapat Farah dan tante.
“Nginap aja, bang, kita tanding main ps sampe subuh,” ucap bocah itu, tangannya sibuk memencat tombol stik. Pandangannya terfokus ke arah layar.
“Kamu tidur, jangan suka aneh-aneh!” omel tante. Hahaha rasakan tuh main ps sampe subuh. Anak kecil dilarang gadang, batas waktu tidur sepuluh malam.
Malun belum menjawab, bingung pengin nginap apa nyusul ibu kerumah kakek, besok libur, Ayah pasti kesana, rumah pasti sepi.
“Kalo aku nginep di sini, boleh, Tan?” walaupun saudara dekat, Malun merasa nggak enak saja main tidur di rumah orang tanpa izin dahulu.
Tante tertawa kecil,“ Boleh banget, Malun, pake izin segala gitu ...” berhenti sebentar, “ibu kamu kakak tante, kamu bebas mau kapan aja datang ke sini. Jangan sungkan, anggaplah rumah kamu sendiri,” pungkasnya.
Tante itu baiknya nggak main-main, dia sayang banget sama sesama saudara apalagi anaknya. Pernah tuh kapan, ya, lupa. Adik Farah pengen beli mobil remote kontrol yang harganya satu juta, usianya waktu itu baru lima tahun. Mintanya sudah macem-macem, tanpa perlu dimarahi dulu langsung di belikan sorenya dan kalo PS3 hadiah ulang tahun dari ayahnya, banyaklah permintaan adiknya yang menurut Malun sendiri kadang iri. Waktu Malun kecil perasaan nggak gitu-gitu amat. Tante orangnya ramah kadang jutek, si. Ibu pernah cerita pada Malun. Tante dahulunya seorang wanita yang ambis banget, kesehariannya di habiskan oleh belajar, kalau hari libur bareng keluarga, malamnya latihan bahasa asing. Ibu ngasih tahu bahwa ibu Farah sangat menyukai buku-bukuk Filsafat, Sapiens dan Sains.
Pukul tiga sore. Tante sudah di dapur, masak nanti buat makan. Di satu sisi Malun merasa terganggu oleh suara dj berasal dari ponsel Farah, satu dua kali Malun tegur, Farah menyuekannya, ketiga kalinya Malun menegurnya lagi.
“Bisa kecilin dekat gak sii, Ra? Atau paket headset kek!!”
“Kenapa emang!” bantah Farah, ia mengerucutkan bibirnya. Selain jutek, dia juga sensitif orangnya.
“Berisiklahh ....”