Raindu

M. Yusuf Kamal
Chapter #19

#19

Tiga bulan berlalu ayah pulang setelah mengerjakan proyek di luar kota. Tiga bulan mereka dekat, tadinya malu-malu. Ketika ada waktu, mereka duduk berdua di belakang kompleks sore sampai malam. Belakang kompleks itu ada empat bangku panjang dengan jarak lima meter setiap bangku, biasanya setiap malam Minggu atau Sabtu banyak orang duduk di situ sehabis jogging ataupun ngobrol-ngobrol.

Cahaya hias lampu kompleks, sayup-sayup suara dangdut entah berasal dari mana, suara angin berdersik, suara tetesan hujan bulan Januari.

Esok pagi, ayah libur berkantor, menghabiskan waktu bersama keluarga. Kini meja makan ramai oleh candaan ayah bercerita semasa kerjanya. Dari kejadian unik hingga mistis. Dengan sengaja ibu menjatuhkan panci ke lantai membuat tiga orang di meja terkejut, di balik gorden, ibu tertawa puas.

“Ayah, aku sekolah dulu,” pamit Malun.

“Abang, tungguin aku.” adik berlari-lari keluar rumah menyusul Malun yang sedang memanaskan motor Vespa maticnya.

“Kak, hati-hati,” ucap Ayah tersenyum. Ayah itu setiap ngucapin pasti nggak lupa dengan senyumnya

Malun mengangguk, adik duduk di depan motor, tidak mau di belakang.

“Dek, di belakang duduknya. Aduh.. disitu bahaya, lho ....” omel Ayah, adik tetap pada pendiriannya, duduk di depan dengan syarat Malun harus bawanya pelan-pelan.

Di luar gerbang kompleks, Ciara menunggu angkot, Malun melihatnya langsung menghampiri perempuan itu.

“Pagi Ciara,” sapa Malun.

“Eh,” sedikit terkejut. “Pagi juga,” membenarkan anak rambutnya.

“Hmm, lagi nunggu helikopter, ya,” seloroh Malun.

“Hooh, nggak datang-datang, mana, yaa..”

“Abang, aku nanti terlambat,” gerutu adik, benar, kan. Adik sudah begini suka rewel, padahal masih lama. Sampai pun dia main-main sama teman-temannya.

“Nah, lho.. hayu Ciara, berangkat bareng. Bos kecil udah ngambek,” memegangi kepala adiknya, Ciara tersenyum kepada Adik.

Mereka berdua berangkat tatkala cahaya mentar pagi menyinari ketiga manusia di atas motor. Tiba di sekolah Adik, Malun melanjutkan perjalanan menuju sekolahnya. Tidak ada percakapan mereka di atas motor, Ciara menghabiskan waktu sebelum sampai melihat-lihat pemandangan sekitar, terasa dingin cuaca pagi ini. Sesampai di sekolahan. Mereka berpisah, ya, memang beda kelas.

Lihat selengkapnya