Raisan Bara

gilang arum puspita
Chapter #2

#1 Terapi hati?

Sekarang adalah kali kedua jadwal terapi bersama kawanku Num yang kebetulan menjadi fisioterapis muda dan bekerja di rumah sakit. Sebelum berangkat, Jati terlihat sibuk merapikan semua hasil pemeriksaanku terdahulu. Termasuk hasil foto rontgent dalam tas dokumen tahan air yang tersedia di lemariku. Dia perlu dua hari bicara meyakinkanku agar tidak menunda jadwal terapi lagi. Sore ini saat kumulai serangkaian prosedur yang diperlukan, banyak kecemasan meluncur jatuh melalui fitur wajahnya.

"Num, kamu harus dukung Raisan terus karena kalau sampai dia belum sembuh juga kemungkinan besar patah hatinya akan awet," cetus Jati.

Untunglah Num tidak terlalu terpengaruh dengan perkataan Jati, dia masih terlihat sebagai fisisoterapis profesional. Kami bertiga saling mengenal sejak kecil dan itulah alasan Num mengerti bahwa Jati adalah orang yang bicara apa adanya kepada orang yang lama dikenalnya namun sebaliknya dia irit bicara terhadap orang yang menurutnya asing. Keakraban ini adalah alasanku memilih tempat ini walaupun ada alternatif lain yang lokasinya lebih dekat.

"InsyaaAllah kita semua berusaha dan mendukung penuh yang penting seperti biasa kak Jati kawal dia, ya." Num memberikan kode rahasia.

"Sudah selesaikah pembicaraan kerja sama khusus kalian?" Mataku mencari area nyaman yang sekiranya pas. "Kak Jati, Anda saya persilakan bersantai di kursi pojok, monggo." Isyaratku mengarah ke kursi berbahan nyaman di pojok ruangan. Meja dipenuhi keripik berdiri menemaninya. Aku membayangkan Num saat jam istirahat suka duduk mengunyah keripik dan menunggu pangeran yang sering diceritakannya sejak kecil.

"Ini keripik punyaku,lho. Aku gak nyangka ketemu di sini. Layak disebut keberuntungan double bisa ketemu makanan pas di lokasi yang pas," kata Jati.

"Betul itu made in Jati Asma punya. Waktu kalian pertama kali ke sini memang belum ada soalnya kutaruh mereka di laci rahasia di bawah meja itu. Ngemilku suka berlebihan akhir-akhir ini mungkin gara-gara nerveous," jawab Num minim ekspresi. Dia berbakat. Arsip riwayat kesehatanku sedang diperiksa dengan seksama itulah hebatnya perempuan melakukan pekerjaan berbeda-beda dalam satu waktu. Foto rontgent menunjukkan seberapa parah keretakan tulang. Semua berharap kelumpuhanku bukanlah mimpi buruk permanen.

"kasih bocoran, Num. acaranya kapan. Kebahagiaanmu bisa menular ke kakak kita. Biar tahu keberuntungan double tidak berfungsi tanpa kebahagiaan," saat bosan menunggu, membuat Jati kesal selalu berguna.

Lihat selengkapnya