RAJA PENUH DARAH

Permadi Adi Bakhtiar
Chapter #2

PROLOGUE PART II: THE FALL OF ADAM

20 Tahun Kemudian

 

Sudah hampir 20 tahun semenjak babak terakhir perang suci antara Kekaisaran Azzuri dengan Aliansi Norn-Mercia dimulai dan hasilnya? Masih seimbang. Kedua belah pihak sama-sama mulai lelah. Jika perang tidak berhasil menghancurkan satu kerajaan maka kelaparan dan amarah warga yang akan menghancurkannya. Khaleed sangat menyadari tentang hal ini, maka dari itu dia menyiapkan sebuah dorongan terakhir dalam peperangan ini dan orang yang ia percaya untuk melaksanakan misi ini adalah seorang jenderal muda yang baru saja naik daun yaitu Adam.

Adam yang merupakan putra satu-satunya dari Khaleed meroket karirnya di militer. Selain karena ia adalah anak sang kaisar, kemampuannya dan sifatnya yang rendah hati membuatnya sangat dicintai oleh banyak orang baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat biasa. Kini di usianya yang menginjak 22 tahun Adam siap menghadapi tantangan terbesar dalam hidupny.

Pada hari itu Jenderal Adam dipanggil oleh sang Kaisar untuk bertemu di ruang takhta. Adam pun membalas panggilan tersebut dan berjalan menuju ke ruang takhta. Sesampainya di ruang takhta ia disambut oleh Kaisar Khaleed yang juga sekaligus ayahnya.

“Jenderal Adam hari ini kau kupanggil ke sini karena ada hal penting yang ingin kubahas denganmu.”

“Baik Yang mulia, sekiranya hal apa yang anda ingin bicarakan kepada saya?” tanya Adam sembari berlutut di hadapan Kaisar Khaleed.

“Seperti yang kau ketahui bahwa kau kutunjuk sebagai pemimpin untuk operasi selanjutnya di bukit Colchester, jadi bagaimana persiapanmu?”

“Baik yang mulia, saya sudah berhasil mengumpulkan pasukan dari berbagai tempat. Bahkan para barbarian di selatan juga sudah bersumpah setia kepada kekaisaran Azzuri.”

“Bagus aku doakan kemenangan kalian.”

“Siap yang mulia.”

Kaisar Khaleed nampak tersenyum bangga melihat perkembangan dari Adam yang merupakan anaknya sendiri.

“Penjaga tinggalkan kami berdua,” ucap Khaleed menyuruh penjaganya untuk meninggalkan ruang takhta.

Adam hanya berdiri tepat di hadapan Kaisar Khaleed sembari tersenyum. Semnetara itu Kaisar Khaleed turun dari takhtanya dan menghampiri Adam.

“Anakku bagaimana kabarmu hari ini?” ucap Khaleed yang kini nada bicaranya berubah dari seorang raja menjadi bapak.

“Hmm … tentu saja aku baik-baik saja, bahkan aku sudah tak sabar untuk segera beraksi,” balas Adam yang kini nada bicaranya juga berubah menjadi sedikit lebih sombong.

“Adam keputusan untuk menjadikanmu komandan di operasi selanjutnya memang di tanganku, tapi sejujurnya aku sedikit takut.”

“Jangan khawatir ayahanda, aku tidak akan mengecewakanmu. Bukannya ayahanda tahu pengalamanku sejauh ini?”

“Aku tidak pernah meremehkanmu anakku tapi sebagai seorang ayah aku merasa takut akan kehilangan dirimu di medan perang,” balas Khaleed nampak khawatir.

“Ayahanda aku tahu bagaimana perasanmu, tapi tolonglah aku adalah Adam anak dari Kaisar Khaleed sang penyatu jadi aku akan sulit untuk dikalahkan,” balas Adam dengan bangga.

Kaisar Khaleed nampak menghela nafasanya.

“Ah … benar juga apa sih yang harus ku khawatirkan, dia adalah anakku.”

“Ayahanda kalau tidak ada yang ingin dibicarakan lagi izinkan saya undur diri, saya harus mengatur pasukan.”

 Adam pun memberi hormat dan pergi dari hadapan Kaisar Khaleed.

“Adam sebelum kamu pergi ada satu hal yang ingin kukatakan.”

Adam pun berhenti dan berbalik.

“Aku berjanji kepadamu setelah perang ini selesai maka kau akan menjadi Kaisar baru Azzuri.”

Senyum nampak tak terelakan dari wajah Adam namun ia berusaha untuk tak menunjukannya.

“Yang mulia anda adalah kaisar saya dan akan terus menjadi kaisar saya, namun saya akan mengikuti setiap perintah anda.”

Adam pun keluar ruangan dan kini semangatnya berada di puncak.

 

Satu Minggu Kemudian

Dari gurun Al-Iqro sampai ke kepulauan Tadura kini sudah berkumpul atas komando dari Jenderal Adam. Mereka bersatu demi satu tujuan yaitu mengambil alih Kekaisaran Suci Mercia. Pasukan yang nampaknya berjumlah 100.000 orang ini bergerak menuju bukit Colchester yang merupakan garis pertahanan terakhir kekaisaran suci Mercia.

Ratu Eliza sang bijak tentu sudah mengetahui rencana dari Kekaisaran Azzuri ini. Ia pun meminta bantuan dari sekutu aliansinya yaitu Raja Sam Gudjohnsen dari Kerajaan Norn di utara. Raja Sam pun sadar jikalau pasukan Azzuri berhasil menerobos bukit Colchester maka posisinya juga akan terganggu. Ia pun mengirim pasukannya. Kini total pasukan aliansi Norn-Mercia ada 100.000 orang sama seperti pasukan Azzuri.

Adam dan pasukannya berkemah tepat di tepi bukit Colchester. Nampak dari atas bukit terdapat sebuah kastil yang merupakan batas terakhir yang memisahkan kekaisaran Azzuri dengan Kekaisaran suci Mercia dan tentu di tempat itu pula para pasukan aliansi Norn-Mercia berkumpul.

Adam sadar bahwa akan sangat konyol jika mereka langsung menerobos melalui garis depan jadi ia memikirkan sebuah rencana yang bahkan anak buahnya sendiri tak tahu. Besok adalah jadi saksi apakah rencana dari Adam berhasil atau tidak.

Keesokan harinya Adam mengatur pasukannya dan menyerang secara langsung kastil Colchester dari garis depan. Pasukannya nampak kesusahan menghadapi pasukan Aliansi yang berlindung di balik kokohnya dinding kastil Colchester. Pasukan kekaisaran mulai nampak ragu dengan kepempimpinan Adam hingga tiba-tiba terompet tanda bahaya berbunyi dari kastil Colchester. Semua pasukan nampak heran mendengarkan hal tersebut karena suara terompet itu bukan berasal dari medan pertempuran namun dari belakang kastil Colchester.

Nampak pasukan berkuda yang dipimpin oleh seorang komandan yang memegang kapak menerjang ke arah kastil. Ternyata pasukan tersebut adalah pasukan barbarian yang berhasil direkrut oleh Adam beberapa waktu yang lalu. Karena mereka adalah barbarian yang nomadaen membuat fisik dan stamina mereka jauh lebih kuat dibandingkan prajurit biasa. Menyadari hal ini membuat Adam memutuskan untuk menyimpan mereka sebagai kartu AS dan di sisi lain adam juga menyuruh mereka untuk berangkat terdahulu mengeliling bukit agar bisa menyerang pasukan aliansi dari depan belakang. Rencana inipun berhasil dan membuat pasukan aliansi kebingungan untuk membagi pasukannya.

Tak berselang lama pasukan barbarian berhasil menerobos masuk kastil. Menyadari hal tersebut membuat Adam meneriakan tanda semangat kepada pasukannya dan tentu saja pasukannya yang awalnya nampak pesimis kini kembali bersemangat. Karena digempur dari dua arah membuat pasukan Aliansi pada akhirnya tumbang juga. Pasukan kekaisaran hanya butuh 2 jam semenjak kemunculan pasukan barbarian untuk menduduki kastil Colchester. Kini kastil Colchester yang terkenal sebagai benteng terkuat kekaisaran suci sudah jatuh di tangan Kekaisaran Azzuri.

Malam ini adalah malam yang tak bisa terlupakan bagi kedua belah pihak, dimana bagi pihak Azzuri malam ini adalah malam dimana mimpi mereka akhirnya bisa terwujud sementara itu bagi pihak aliansi malam ini terasa begitu berat karena mereka tahu cepat atau lambat pasukan Azzuri akan memasuki ibukota Heartpool. Tapi malam ini juga bagi Adam adalah malam yang selalu ia impikan namun ia tak menyangka bahwa ia akan menggapainya di usianya yang masih 22 tahun, ia pun membiarkan para anak buahnya untuk malam itu berpesta pora karena mereka pantas mendapatkannya.

Keesokan harinya sesuai jadwal pasukan Azzuri berhasil memasuki ibukota Heartpool. Berbeda dengan 22 tahun lalu dimana aksi kudeta Khaleed terhadap Kesultanan Al-Dhahab yang disambut riak gembira warga namun kini kedatangan pasukan Azzuri yang dipimpin oleh Adam disambut dengan isak tangis dan kesedihan dari para warga. Adam tidak buta tentang hal ini namun ia selalu berpegang teguh bahwa tindakan ayahnya adalah perwakilan dari tindakan tuhan yang mana berarti adalah kebenaran.

Adam pun sampai di istana dan lagi-lagi berbeda dengan 22 tahun yang lalu dimana Khaleed disambut oleh sultan yang bunuh diri kini Adam disambut oleh Ratu Eliza yang menyerahkan dirinya kepada Adam.

“Hmm kupikir kau akan melawan,” ucap Adam heran.

“Seekor ikan tidak akan pernah bisa melawan arus begitupula manusia, takdirku sudah tersegel semenjak ayahmu pergi ke gunung suci,” balas Ratu Eliza

 Dengan demikian berakhir sudahlah campaign Kekaisaran Azzuri di Kekaisaran suci Mercia. Kini tinggal satu batu kerikil yang masih mengganggu.

 

1 Bulan kemudian

Pasukan Azzuri yang sudah menguasai 3 dari 4 kerajaan besar semakin tak terbendung, meskipun demikian Raja Sam dari Kerajaan Norn tak gentar. Meskipun ia sadar bahwa ia tak memiliki kesempatan untuk menang namun ia tetap melawan, hingga pada akhirnya ia terkepung di dalam istananya. Jika Sultan Salman memilih bunuh diri dan Ratu Eliza menyerahkan dirinya, sedangkan Raja Sam tetap kekeuh mempertahankan tahktanya. Hal ini membuat para pasukan yang mengepung istana mau tak mau harus membunuhnya dan dengan demikian Raja Sam sang penakluk tewas di atas singgasanya yang kini berwarna merah terselimut oleh darahnya.

Perjuangan Khaleed selama 23 tahun kini membuahkan hasil. Kini ia berada di Kastil Godenburgh di Heartpool bersiap untuk pelantikan dirinya sebagai Kaisar yang berhasil menyatukan benua Ipeiros. Dikelilingi oleh para sekutunya mulai dari Jenderal Dimas, istrinya Ayu, Ratu Eliza dan anak kesayangannya Adam.

“Hadirin sekalian di hari yang berbahagia ini kita berkumpul di Kastil Godenburgh untuk menghadiri pelantikan Kaisar baru kita. Tuan Khaleed saya persilahkan untuk naik takhta.”

Khaleed pun beranjak ke depan singgasana bersiap untuk pelantikannya. Orang yang akan melantik Khaleed adalah pemimpin agama lama dan Ratu Eliza selaku perwakilan tuan rumah.

“Tuan Khaleed dengan ini saya nyatakan anda sebagai kaisar baru Kekaisaran Suci Azzuri dengan gelar Kaisar Suci Khaleed sang penyatu, sang pengasih, sang pembawa pesan dan sang pembawa kedamaian.”

Hari penobatannya kala itu dikelilingi oleh tepuk tangan meriah dari para audiens sementara itu cahaya matahari yang lolos dari kaca yang menyelimuti kastil Godenburgh menyinari Khaleed yang nampak tegas seolah-olah alam semseta mengamini penobatan di hari itu. Adam sangat takjub ketika melihat penobatan di hari itu namun hal yang paling membuatnya takjub adalah menyadari bahwa suatu hari nanti dirinya akan berada di tempat itu, menerima sebuah mahkota dan ditasbihkan sebagai kaisar selanjutnya.

 

10 Tahun Kemudian

Sudah 10 tahun semenjak peperangan suci di benua Ipeiros berakhir, kini dunia sedang di fase damai. Dengan berakhirnya perang maka berbagai sektor kehidupan meningkat. Ekonomi meningkat dan para warga sejahtera hal ini membuat banyak warga yang awalnya ragu dengan Khaleed bahkan ada yang benci kini berubah menjadi kagum dengan Khaleed.

Sementara itu sang kaisar kesayangan kita sedang terbaring sakit karena menanggung beban yang berat selama 10 tahun ia memerintah. Kondisinya yang buruk ini tak lepas dari usahanya untuk menghentikan perang sipil selama sepuluh tahun belakangan ini. Memang di tahun kesepuluhnya ia berhasil meredamkan pemberontakan namun kesehatannya adalah harga yang harus ia bayar.

Menyadari ajalnya semakin dekat membuat Khaleed melalui penasehatnya yaitu Ratu Eliza memanggil Adam.

Adam pun tiba di ruang takhta, ia nampak bingung namun ia memiliki perasaan yang bagus.

“Jenderal Adam apakah anda tahu mengapa anda dipanggil kesini,” ucap Ratu Eliza.

“Siap, saya belum tahu,” balas Adam.

Tiba-tiba Khaleed muncul dari belakang tirai nampak sangat lemah.

“Aku ingin bertemu denganmu anakku,” ucap Khaleed berjalan dengan bantuan tongkatnya.

Ratu Eliza pun membantu Khaleed menaiki tangga menuju ke takhtanya. Khaleed berterimakasih kepada Ratu Eliza yang dulunya adalah rivalnya namun sekarang sudah menjadi istrinya.

Khaleed pun meminta semua orang untuk meninggalkannya berdua dengan Adam bahkan termasuk Ratu Eliza. Ratu Eliza dan prajurit lainnya pun meninggalkan ruangannya.

“Hehehe aku terlihat sangat menyedihkan bukan?” ucap Khaleed terbatah-batah.

“Tidak tuanku, anda masih yang terbaik,” balas Adam nampak khawatir.

“Kesinilah, mendekatlah.”

Adam mendekat ke arah Khaleed.

“Ah tatapan mata anak muda yang sangat ambisius aku jadi iri.”

“Namun aku harus sadar diri waktuku tidak lama lagi, Adam bersiaplah.”

“Bersiap untuk apa tuanku? Apakah ada pemberontakan lainnya?”

“Tidak, bersiaplah untuk penasbihanmu.”

Ekspresi muka Adam yang awalnya nampak khawatir kini berubah menjadi senyuman meskipun Adam berusaha menutupinya.

“Tapi tuanku ….”

“Tidak ada kata tapi, dalam seminggu lagi kau yang akan duduk disini.”

Adam akhirnya memantapkan dirinya, ia pun menggangguk mengiyakan permintaan dari Khaleed.

“Oh dan tunggu sebentar aku punya hadiah untukmu,” ucap Khaleed.

Adam pun nampak kaget dan penasaran dengan hadiah yang diberikan oleh Khaleed.

Khaleed pun menyerahkan pedang suci yang selama ini selalu berada di sampingnya.

“Ini … apakah tidak apa-apa bukankah ini hartamu yang paling berharga?” tanya Adam.

“Mungkin bagi orang lain ini adalah harta yang tak ternilai tapi bagiku ini adalah pengingat statusku sebagai pembawa pesan tuhan dan bagiku sudah saatnya untuk mewariskan ini kepadamu, anggap saja sebagai jaminan awal untuk dirimu menjadi kaisar selanjutnya.”

Adam pun pada akhirnya menerima hadiah dari Khaleed dengan bangga.

“Terimakasih ayah aku pasti akan menjaganya,” ucap Adam dengan bangga.

Adam yang akan menjadi kaisar meninggalkan ruangan dengan bangga. 

Berbeda dengan saat penasbihan Khaleed yang mana semesta mengamini, namun kini penasbihan Adam mengalami gangguan. Gangguan yang tak terduga itu secara mengejutkan berasal dari Khaleed.

Beberapa hari setelahnya, Khaleed tiba-tiba pergi meninggalkan Kastil Godenburgh sendirian. Semua orang bingung dengan tindakan Khaleed, terutama Adam. Adam langsung menghampiri kastil berupaya untuk mencari tahu. Sesampainya di kastil Adam bertemu dengan Ratu Eliza. Ratu Eliza menjelaskan bahwa sesuai permintaan Kaisar Khaleed bahwa tindakannya harus dirahasiakan bahkan kepada Adam dan selama ia absen maka Ratu Eliza bertindak sebagai pengganti. Adam nampak kecewa namun berusaha untuk bertindak masuk akal dan pergi meninggalkan kastil. Pikiran Adam tak terlepas dari kecurigaannya terhadap Ratu Eliza, ia pun mengirim beberapa mata-matanya untuk mengawasinya. Satu hal pasti yang Adam sadari adalah ia harus menunda penasbihannya sebagai Kaisar selanjutnya.

 

Lihat selengkapnya