Takdir terkadang sangat lucu, banyak yang berpikir kalau manusia bisa merubah takdirnya tapi jarang yang berpikir kalau takdir bisa merubah seseorang. Bisa saja mereka hari ini adalah seorang gelandangan tapi keesokan harinya menjadi pengusaha sukses, adalagi yang hari ini seorang anak yarim piatu besoknya bisa menjadi seorang kaisar. Yah meskipun aku tak menyangka hal tersebut akan terjadi kepada diriku.
Seusai dengan pernyataan mengejutkan kala itu, aku langsung diundang ke istana. Akupun mengajak Emilia untuk menemaniku, kami masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Meskipun aku mengenal nenek tapi ia bahkan tak pernah membahas tentang takhta kekaisaran.
Aku tahu kalau Kekaisaran Azzuri sedikit unik, dimana jika pada monarki pada umumnya penerus takhta adalah anggota keluarga Kaisar namun disini sebelum sang Kaisar wafat maka mereka akan mendapatkan mimpi tentang siapa yang akan menjadi penerus mereka. Maka dari itu tak ada yang namanya dinasti di Kekaisaran Azzuri, yang ada hanyalah sekumpulan orang beriman yang mempercayakan masa depannya kepada entitas yang tidak berbentuk.
“Heii mau sampai kapan kamu melamun?” ucap Emilia sembari menepuk pundakku.
Tepukan pelan dari Emilia menyadarkan dari pikiran mendalamku. aku melihat kiri kanan ruangan nampak sebuah arsitektur kuno yang memang tetap dijaga sejak kuno. Yap sekarang aku berada di bagian dalam istana suci Khaleedinburgh tepatnya di dalam kastil Godenburgh. Kudengar rumornya kalau kastil ini tak berubah sama sekali semenjak perang suci 2000 tahun yang lalu.
Ditengah lamunanku yang kedua kalinya aku dikagetkan dengan suara pintu gerbang kastil Godenburgh yang terbuka lebar. Di balik gerbang tersebut nampak seorang prajurit yang nampaknya berpangkat tinggi menyapa kami.
“Tuan Steve Abel kami sudah menunggu kehadiran anda, silahkan ikuti kami ke tempat acara,” ucap prajurit tersebut.
Kami pun diantar oleh prajurit tersebut ke sebuah ruangan yang nampaknya sangat luas. Ketika kami hampir tiba di ruangan tersebut aku menyadari ada seseorang yang sepertinya sedang menunggu kehadiran kami. Orang itu tak lain dan tak bukan adalah sister kepala Nanashi.
“Akhirnya kau datang juga hmm … kenapa Emilia ada di sini juga?” tanya sister kepala Nanashi.
“Dia adalah kakakku dan aku membutuhkannya di tengah situasi yang aneh ini.”
“Iya lagipula aku merasa curiga dengan semua hal ini jadi aku akan tetap berada di sisinya melindunginya,” lanjut Emilia.
“Kalian ini memang tak bisa dipisah ya, yaudah ayo kita masuk dan terima kasih karena sudah mengantar mereka sisanya serahkan saja kepada saya,” ucap sister kepala Nanashi.
Sang prajurit hanya mengangguk dan berjalan menjauhi kami.
“Emilia, Steve tolong dengarkan sejujurnya aku juga sama bingungnya dengan kalian jadi aku harap kalian bisa menjaga tata krama kalian di dalam nanti mengingat orang-orang yang akan kita temui adalah orang-orang yang sangat penting,” ucap sister kepala Nanashi.
Kamipun hanya mengangguk dan mengikuti sister kepala di belakang. Ketika kami masuk ke ruangan tersebut, aku dikejutkan dengan ruangan tersebut. Di dalam ruangan yang cukup luas tersebut terdapat sebuah meja bundar yang cukup besar berada di tepat di tengah ruangan. Hal yang lebih membuatku terkejut adalah ketika menyadari bahwa beberapa orang yang sedang duduk mengelilingi meja bundar tersebut adalah orang yang sangat terkenal. Salah satu sosok yang kukenal dari TV adalah sang jenderal besar pasukan suci Azzuri yang juga merupakan anak dari nenek, Jenderal Elizabeth.
Aku melihat ke arah Emilia untuk melihat eksperesinya. Ternyata ia juga sama terekjutnya denganku, ia secara reflek mengegnggam tanganku sembari gemetaran.
“Hei Steve lihat pria yang memakai kacamata hitam tersebut, ia adalah Dr Malik Al-Ayubbi. Ia adalah ilmuwan yang buku maupun video penjelasannya selalu kubaca, aku tak menyangka akan bisa bertemu dengannya secara langsung,” ucap Emilia sebari bersemangat.