RAJA PENUH DARAH

Permadi Adi Bakhtiar
Chapter #6

CHAPTER 4 MOTHER OF MEN AND TREE OF LIFE

Salju selalu turun di tempat ini, banyak orang menyebutnya sebagai salju abadi. Namun kali ini entah mengapa intensitas turunnya salju sangat deras sekali. Mungkin ini ada hubungannya dengan kondisi kota ini semenjak kaisar baru dilantik. Pemberontak berfikir kalau sekarang adalah waktu yang tepat untuk memberontak. Kini mereka mulai memasuki kota dari titik paling utara. Tapi aku sedikit paham dengan mereka. Pemimpin mereka, Rasmus Yggdrasil adalah seorang yang karismatik. Bagaimana aku tahu hal itu? Karena dia adalah manta rekan kerjaku di militer. Sejak dulu ia memang terobsesi dengan kebebasan bahkan sebenarnya kaisar sebelumnya sudah menunjukan kecurigaannya kepada Rasmus namun ia terlambat. Jauh sebelum kaisar Elizabeth meninggal, Rasmus sudah memulai revolusinya di utara. Ia berhasil mengumpulkan cukup orang, baik dari pihak militer maupun masyarakat. Tapi itu sudah 10 tahun yang lalu dan kini ia muncul lagi. Apakah dia masih tak belajar dari kejadian 10 tahun lalu? Mau sebagaimanapun dia berusaha, dia tak akan pernah bisa menyentuh Godenburgh. Hahaha apa yang kupikirkan, ia bahkan tak akan bisa menyentuh kastil Jotungaard ini.

Hmm keramaian apa ini? Akupun keluar dari kantorku dan melihat badai salju terlihat akan datang. Aku tak bisa percaya dengan apa yang kulihat, sebuah badai salju yang sangat besar bahkan mungkin ini adalah yang terbesar dalam sejarah Kekaisaran Azurri. Namun hal yang paling mengejutkan dan sangat tidak mungkin adalah aku melihat seseorang berada tepat di depan badai salju tersebut. Itu tak mungkin “Rasmus Yggdrasil!!!!”

 

Di Jalan Perbatasan Mercia dan Norn

 

Sebuah mobil yang dikawal oleh banyak mobil lainnya berjalan cukup kencang di jalan perbatasan Mercia dan Norn. Dari jumlah pengawalnya bisa disimpulkan kalau orang yang di dalam mobil tersebut adalah orang yang sangat penting. Tentu saja orang itu sangat penting untuk Kekaisaran karena orang tersebut adalah sang kaisar sendiri.

“Yang mulia apakah hal ini perlu?” tanya seorang wanita.

“Tentu saja! Apakah kamu tak membaca berita pagi ini? Biar kubacakan ‘Benteng Jotungaard jatuh ke tangan pasukan revolusi! Apakah sekarang waktu yang tepat buat sang kaisar muda untuk bergerak?’ ini buruk sekali nona.”

“Lilith, panggil saja aku Lilith,” ucap wanita tersebut yang bernama Lilith.

Lilith adalah sekretaris pribadi dari Henry. Ia mengikuti ke sini karena si Henry tak bisa hadir mednampingiku. Kupikir absennya bisa membuatku sedikit bebas tapi sepertinya aku masih tak bisa terlepas dari bayang-bayangnya.

“Yang mulia perjalanan kita kali ini sangatlah tidak penting dan bahkan bisa membahayakan nyawamu,” ucap Lilith.

“Bukankah tugas seorang pemimpin adalah ada di saat yang dibutuhkan, kutebak moral mereka sekarang pasti sangat rendah jadi aku harap bisa menaikan moral mereka dengan berada di sana.”

“Itu adalah tugas dari gubernur Norn dan kami sudah menghubunginya, jadi tidak seharusnya yang mulia harus sampai garis depan,” balas Lilith.

“Iya tapi bagiku untuk menjadi Kaisar sejati, aku juga harus bersikap layaknya Kaisar sejati.”

Mendengar jawabanku membuat Lilith menaruh tablet yang dipegangnya ke meja.

“Yah meskipun kau adalah seorang Kaisar namun pada akhirnya kau masihlah anak kecil, biar kutebak sebenarnya kau ingin pergi ke utara karena kau kesusahan ketika berlatih spiritual dengan Paus Agung Constantine?” ucap Lilith nampak sedikit kesal.

Aku terkejut karena seharusnya informasi itu tak mungkin bebas beredar.

“Darimana kau tahu tentang itu?”

“Tuan Subagyo sudah menjelaskan segala hal penting yang berkaitan dengan anda,” balas Lilith yang nampak mulai tenang.

Ah aku harusnya sudah memprediksinya.

“Ya gak sepenuhnya salah sih tapi mau apapun yang kamu katakan itu sudah terlambat, apa kamu gak lihat sedang dimana atau mau kemana kita sekarang.”

Lilith menghela nafas nampaknya ia menyerah.

“Hah aku harap semua ini berjalan dengan lancar, kalau tidak aku gak tahu hukuman apa yang akan menantiku,” ucap Lilith nampak pasrah.

“Nah gitu dong, kita hanya hidup sekali jadi kita harus menikmatinya.”

“Jadi itu alasan sebenarmu,” ucap Lilith.

Aku hanya tersenyum.

Perjalanan dari Mercia menuju Norn membutuhkan waktu sekitar 12 jam dengan mobil, jadi aku harus bertahan dengan kondisi canggung ini selama setengah hari. Sepertinya kehidupan menjadi Kaisar sangatlah sulit.

 

Kastil Edelgaard Distrik Norgaard Provinsi Norn

Akhirnya setelah perjalanan panjang itu kita sampai di kastil Edelgaard, titik paling utara Kekaisaran Azurri yang baru. Tempat ini jadi titik paling utara karena titik paling utara sebelumnya yaitu benteng Jotungaard yang kini telah jatuh ke tangan pasukan revolusi. Akupun keluar dari mobil sembari menatap ke arah kastil yang sangat besar ini.

“Kastil Edelgaard, kastil terbesar kedua di provinsi Norn setelah kastil Hubert di ibukota Norn,” ucap Lilith yang juga keluar dari mobil.

“Wow kamu sepertinya tahu tentang tempat ini jadi apakah kamu pernah kesini?”

“Tidak ini pengalaman pertamaku namun aku pernah membaca tentang kastil ini di buku sejarah,” balas Lilith nampak kedinginan

Akupun tertawa mendengar jawaban Lilith.

“Kenapa? Apakah ada yang lucu dari jawabanku?” tanya Lilith nampak kesal.

“Tidak, hanya saja mendenar jawabanmu membuatku mengingat seseorang.”

Lilith nampak bingung tapi berusaha tak mengindahkannya dan terus berjalan menuju ke dalam kastil.

Di Dalam Kastil

Kamipun berjalan ke dalam kastil Edelgaard yang lumayan besar itu. Akupun menyadari kalau Lilith berjalan sembari memegangi kedua tangannya tanda kedinginan.

“Kenapa? Kedinginan?”

“Cih aku tak menyangka kalau tempat ini akan sedingin ini,” balas Lilith sembari menggigil.

“Bagiku ini biasa sih karena di panti asuhan sering banget ada pemotongan listrik.”

Lilith adalah seorang wanita yang nampaknya masih muda. Ia memang memancarkan aura sekretaris mulai dari kacamata kotaknya, rambut bondolnya, tinggi badannya yang lumayan tinggi dan yang paling jelas caranya berpakaian yang nampak sekali seperti wanita kantor. Dari pengamatanku itu aku berpikir kalau dia kemungkinan berumur 20an namun setelah aku berbincang dengannya aku jadi tak yakin, karena dari caranya menanggapi omonganku dan cara dia mengontrol emosi sangat tidak cocok untuk seorang wanita berumur 20an.

“Hei Lilith aku tahu kalau ini tak sopan tapi berapa usiamu sekarang?”

Lihat selengkapnya