RAJA PENUH DARAH

Permadi Adi Bakhtiar
Chapter #7

CHAPTER 5 HOLY WEAPONS

Di pagi yang mendung itu salju masih turun dengan deras mendinginkan semua keadaan namun di tengah suasana yang sangat dingin terebut terdapat sebuah kehangatan yang tiba-tiba muncul dalam satu malam. Perasaan hangat atu yang lebih tepatnya berapi-api itu berasal dari sang Kaisar yang seharusnya memang tidak berada di sana.

Tatapan sang Kaisar nampak terisi dengan rasa cemas namun juga rasa lega. Ia berjalan menuju keluar kastil namun sepertinya ia sedang ditahan oleh sang asistennya.

“Ini gila yang mulia, kedatangan anda ke sini saja sudah gila tapi sekarang anda mau langsung ke garis depan? Apa kau gila?” ucap Lilith nampak marah.

“Tenanglah aku yakin aku bakal tak apa-apa lagipula aku ingin ke sana bukan tanpa alasan, aku mendapatkan mimpi semalam.”

Lilith yang tadinya nampak marah kini ia marah dan heran.

“Mimpi!? kau melakukan tindakanmu berdasarkan mimpi?” tanya Lilith.

“Bukankah kekaisaran kita dibangun berdasarkan mimpi? Maksudku lihatlah aku, aku jadi kaisar juga karena mimpi.”

Lilith pun menghela panjang nafasnya, sepertinya ia sudah menyerah.

“Baiklah tapi aku harus ikut,” ucap Lilith.

“Kalau begitu masuklah.”

Lilith pun masuk ke dalam mobil meninggalkan Radovic di belakangnya.

“Oh iya Radovic, tolong jangan mengirim laporan baik ke Godenburgh maupun ke garis depan tolong ya.”

Radovic nampak ragu-ragu namun ia akhirnya mengiyakan keinginanku.

Kamipun berangkat menuju garis depan yaitu tebing Jotunheim dari kastil Edelgaard.

Di Perjalanan

Mobil kami berjalan menyusuri jalan yang tertutup oleh salju yang tebal dan berkelok-kelok.

“Lilith apakah kau tahu tujuan kita hari ini?”

Lilith yang sedari tadi menatap laptopmya kini berubah menatap ke arahku dengan sinis.

“Memangnya mimpimu itu tidak menjelaskan apa-apa?” balas Lilith sinis.

“Tidak, tapi ayolah bantu aku bukannya kau ini asistenku.”

“Aku bukan asistenmu, aku adalah sekretaris pribadi tuan Subagyo tapi baiklah,” ucap Lilith kembali melihat ke arah laptopnya.

“Tebing Jotunheim adalah pos perbatasan antara distrik Milfgaard di utara dengan distrik Norgaard di selatannya. Pos ini terletak di atas tebing karena distrik Milfgaard memang berada di bawah dan sekaligus dengana adanya pos di atas tebing membuat pasukan kekaisaran bisa mengawasi Milfgaard dari tempat yang lebih tinggi,” jelas Lilith.

“Hmm kenapa sepertinya kita sangat mengawasi distrik Milfgaard?”

“Menurut data dari Kekaisaran, distrik Milfgaard merupakan distrik terutara kekaisaran Azurri jadi di distrik itu penjara terbesar di Kekaisaran berada yaitu penjara Jotungaard,” balas Lilith.

“Bukannya Jotungaard itu nama kastil?”

“Yap penjara Jotungaard berada di bawah kastil Jotungaard,” balas Lilith singkat.

Jadi itu alasannya Rasmus Yggdrasil mengincar kastil Jotungaard. Tanpa kami sadari ternyata mobil kami berhenti, ternyata kami sudah sampai di lokasi. Akupun keluar mobil dan melihat ke arah cakrawala yang berada di bawahku. Di bawahku ini adalah Milfgaard dan di bawahku inilah Rasmus Yggdrasil berada.

Kamipun masuk ke dalam barak, di dalam sana aku melihat sekelompok prajurit yang sedang berlatih bersama komandan mereka.

“Ingat kalian adalah perisai pertama Kekaisaran dari para bedebah itu jadi kalian harus kuat dan tangguh,” ucap sang komandan dengan penuh semangat.

“Rupert perhatikan kuda-kudamu, Stewie jaga fokusmu, Brian kau harus lebih kuat ketika memegang senapan dan siapa anak SMP ini?” ucap sang komandan ke arahku.

“Ah maaf tuan beliau adalah …,” ucap Lilith berusaha menjelaskan namun terpotong dengan bunyi sirine.

Tiba-tiba saja bunyi sirine berbunyi dengan kencang. Aku tahu kalau itu berrati ada bahaya yang datang.

“Sial mereka sepertinya mulai bergerak, kalian!!! segera bersiap di pos kalian masing-masing,” teriak komandan.

Para prajurit pun nampak sibuk menuju pos mereka masing-masing. Sementara itu aku berjalan ke arah luar untuk melihat ke bawah. Di bawah nampak seperti badai salju mengarah ke pos. Akupun sadar kalau itu pasti pasukan revolusi, tapi pertanyaanya apakah Rasmus Yggdrasil juga di sana?

“Komandan apakah badai salju itu adalah Rasmus Yggdrasil?”

“Kau!? apa yang dilakukan anak SMP disini?” tanya sang komandan terkejut.

“Sudahlah jawab saja pertanyaanku.”

“Kalau dari besarnya badai salju itu bukanlah Rasmus Yggdrasil namun hanya pasukannya saja,” balas sang komandan.

Oh begitu ya, sayang sekali teryata itu bukan Rasmus Yggdrasil namun aku masih bisa mengkorek informasi dari anak buahnya. Akupun keluar dari pos menju tepi tebing. Melihat tindakanku membuat semua orang nampak kaget.

Lihat selengkapnya