Pintu gedung Ridderzaal itu terbuka. Koning Jan-Maarten Hendriks, Raja Belanda didampingi Perdana Menteri Peter Van Den Berg masuk, diikuti tiga orang bodyguard. 50 orang utusan dari 10 negara dan utusan dari European Monetary Ministry (EMM) berdiri memberikan hormat kepada sang Raja dan Perdana Menteri.
Koning Jan-Maarten Hendriks duduk di sebuah kursi kehormatan untuk raja, sementara Peter Van Den Berg duduk di sudut yang sama dengan kursi Pembawa Acara. Gedung yang khusus dipakai untuk acara penting kerajaan ini, hari ini dipakai acara pertemuan dengan tema berjudul De Gevaren van Cryptomunten en De Voordelen van EU-Wetgeving yang jika diartikan ke dalam bahasa Inggris adalah The Dangers of Crypto Coins and the Benefits of EU Legislation.
Seorang Pembawa Acara memberikan sambutan kepada Sang Raja dan peserta Vergadering, lalu mempersilakan sang Raja untuk memberikan pidatonya.
Sang Raja memberikan penyambutannya sendiri, lalu tanpa menunggu lama, ia sudah mulai membahas seputar regulasi dan keterlibatan Kerajaan Belanda dalam perdagangan mata uang kripto. Ia pun kemudian masuk ke dalam tema bahaya koin kripto dan manfaat undang-undang Uni Eropa. Akhir kata, sang Raja memberi himbauan.
“So, I hope that bitcoin is not developed to damage the world economic and banking system, but, as an alternative currency, remains based on conventional fiat money.”
Tiga orang utusan dari negara yang pro terhadap cryptocurrency naik ke mimbar satu per satu. Mereka adalah dari Amerika Serikat, Denmark dan Jepang. Kecuali Jepang, pidato dibawakan tanpa menggunakan tekst. Mereka memberikan sugesti tentang rapuhnya uang kertas yang tidak bisa disimpan dan ditabung dalam jumlah besar dalam era mendatang.
Di sudut gedung, sebuah keributan kecil terdengar dari lima buah kursi yang diduduki Pancaduta. Laptop kelima Pancaduta itu semuanya di-hack, data-datanya hilang, meninggalkan nama “Gaia” berbentuk logo kepala rajawali sebagai jejak.
“Who the hell is Gaia?” tanya Hanung.
“Saya sudah bilang, ini bukan prank,” kata Madni menggeram.
Athar tampak yang lebih panik. Sebab, galeri foto keluarganya juga hilang. “Foto-foto bulan madu saya di Raja Ampat juga raib. Buat apa si Gaia nyolong foto-foto keluarga saya segala?”
“Pesan Presiden Adigawa juga dalam teks itu,” kata Fathir mengingatkan.
“Lalu, apa solusinya?” tanya Athar.
“Siapa yang ingat, dia yang maju!” kata Wilman.
“Siapa yang English-nya lebih fluent, dia yang bisa maju.”
“Pak Madni, udah Anda aja, Pak! Sepertinya ujian ini untuk Anda.”
Madni menghembuskan nafasnya berat. “Saya tidak suka disorot publik dalam keadaan tertekan.”
“Kita bisa mengerti, tapi konsep pidato Anda lebih matang.”