Rajid Mengejar Endang

M. Guntur Rahardjo
Chapter #1

Prolog - Rajid

[ Mengandung banyak kata-kata umpatan, pembaca dimohon bijak dalam menyikapinya ]

Jika bukan karena Endang, sekarang Rajid pasti sedang enak-enaknya minum kopi sambil menikmati semangkok mie rebus ekstra kornet dan telur setengah matang. Duduk di warkop, berceloteh ria bersama teman-temannya, dan sesekali menggoda perempuan yang membeli sesuatu di sana.

Namun demi mendapatkan hati Endang, Rajid siap menembus masuk ke garasi lusuh tempat Geng Harimau sering berkumpul. Sudah hampir dua jam Rajid bersiaga di semak-semak dekat garasi. Suara dari dalam garasi dapat ia dengar dengan sangat jelas. Dari situ Rajid memperkirakan ada sekitar 20 orang termasuk pemimping Geng Harimau.

Rajid berjalan pelan menuju pintu garasi. Tongkat besi yang ia bawa ia pegang dengan kokoh. Kakinya tidak gemetaran. Nafasnya tenang. Matanya menatap dengan tajam. Sejenak Rajid ragu, namun lagi-lagi bayangan wajah Endang melintas di kepalanya. Terlintas sebuah khayalan ketika Endang menerimanya sebagai kekasih. Dengan mantap Rajid menendang pintu garasi dan berteriak kencang,

‘’Selamat malam, anjiiiingggggg!’’

Geng Harimau langsung berjalan mendekati Rajid. Sialnya, ternyata ada tiga orang yang membawa sabit. Tembok kegigihan Rajid mulai retak perlahan. Dia tidak menyangka bahwa ada yang akan membawa senjata tajam.

Geng Harimau hendak mengeroyok Rajid, tapi tiba-tiba langkah mereka terhenti. Dari belakang terlihat seorang lelaki berjaket abu-abu. Lelaki itu berjalan ke depan. Ia menatap tajam kepada Rajid. Lelaki itu adalah Si Bongsor, ketua Geng Harimau.

‘’Kau siapa? Beraninya mengacau di tempat geng kami!’’ Bongsor berteriak dengan kencang.

‘’Tidak penting kau tahu siapa aku, kalian bersiap saja. Malam ini Geng Harimau akan segera lenyap dari sejarah dunia!’’ Rajid membalas teriakannya.

‘’Anjing! Bunuh dan seret mayat sialan itu ke hadapanku!’’ teriak Si Bongsor.

Sontak saja pasukan Geng Harimau berlari mengeroyok Rajid. Mereka mengacungkan pipa, sabit, batu, dan pentungan. Rajid tidak kalah semangat meskipun agak was-was dengan sabit. BAK! BUK! BUK! BRAK! Empat orang sukses dijatuhkan Rajid dengan pukulan tongkat besinya. Masih enam belas lagi, gumam Rajid.

Sebuah batu melayang ke perut Rajid yang membuatnya mundur selangkah. Keadaan itu dimanfaatkan oleh anak buah Si Bongsor. Tiga orang di kanan, dua orang di kiri, dan tiga di depan mengeroyok Rajid. Pukulan demi pukulan menghantam tubuh Rajid. Sebisa mungkin Rajid melindungi kepalanya. Jika kepalanya terkena pukulan, selesai sudah.

‘’HIYAA!’’

Rajid melayangkan tendangan ke dua orang di depannya sampai tersungkur. Rajid memungut tongkat besi di lantai dan menghajar habis lima orang yang mengeroyoknya. Namun tubuh bagian kanan Rajid sudah membiru karena keroyokan tadi. Rajid makin bergelora, ia maju ke depan.

DUAK! BRAK! BUK! Tongkat besi Rajid mengenai kepala, betis, paha, pundak, dan leher setiap anggota Geng Harimau. Kini tinggal tersisa tujuh orang, termasuk Si Bongsor. Tiga orang yang membawa sabit itu ternyata berada di dekat Bongsor. Rajid tertawa.

Lihat selengkapnya